Penipu Incar Jemaah Haji Tersesat
MADINAH- “Nak, tolong, saya lupa jalan pulang ke penginapan. Sandal saya hilang, saya gak kuat, capek muter-muter dari tadi,” keluh Ana Funardin sambil memegang erat pundak wartawan Jawa Pos (grup Tangerang Ekspres). Kami sama-sama baru selesai salat asar di Masjid Nabawi, Madinah, kemarin. Jamaah haji asal Makassar itu terlihat gemetar. Suaranya seperti orang mau menangis. Ana mengaku ketinggalan rombongannya gara-gara sibuk mencari sandal. “Saya jangan ditinggal ya Nak, tolong antar ke hotel,” ratap nenek 73 tahun itu. Tangannya yang keriput kini meremas erat ujung lengan kemeja Jawa Pos. Sekilas mirip anak kecil yang takut ditinggal ibunya. Ratusan jemaah haji Indonesia mengalami nasib yang sama dengan Ana. Kebanyakan adalah para lanjut usia (lansia) yang berasal dari daerah pelosok. Mereka tidak tahu jalan kembali ke penginapan setelah salat di Masjid Nabawi. Berdasar data Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, selama sepekan saja ada lebih dari 500 orang yang tersesat. Angka sesungguhnya diprediksi lebih besar. Sebab, tidak sedikit jamaah tersesat yang belum terdata. Mereka biasanya ditemukan oleh petugas haji dan langsung diantar ke hotel tanpa pencatatan. Kepala Bidang Perlindungan Jemaah (Linjam) Haji Daerah Kerja (Daker) Madinah Maskat Ali Jasmun, mengakui bahwa jumlah 500 orang itu hanya yang tercatat di server Linjam. “Yang nggak tercatat tentu jauh lebih banyak,” aku Maskat di Madinah, Arab Saudi. Maskat menjelaskan, jemaah haji lansia biasanya bingung mencari pintu keluar dari Masjid Nabawi. Sebab, masjid tersebut memiliki 42 gate. Sebenarnya di tiap gate sudah diberi nomor berukuran besar. Namun, masih ada jamaah lansia yang tidak memperhatikan nomor tersebut. Untuk jamaah yang tersesat di kawasan Masjid Nabawi, biasanya mudah ditemukan petugas dan langsung di antar ke hotel masing-masing. Namun, ada juga beberapa jamaah yang kesasar hingga di luar area markaziyah (daerah terdekat dengan Masjid Nabawi). Bahkan, ada lansia yang kesasar hingga ke area sekitar Gunung Uhud. Padahal, jarak gunung tersebut dengan area markaziyah sekitar 5 kilometer. Selain jemaah kesasar, Bidang Linjam PPIH Arab Saudi juga menerima pengaduan dari jemaah yang kehilangan uang karena kasus penipuan. Modus penipuan, terang Maskat, biasanya ada orang yang seolah-olah bermaksud membantu jemaah. “Pura-pura bantu jemaah yang kesasar, diantarkan menggunakan mobil. Pandai sekali menggunakan bahasa yang sama, sehingga jamaah percaya, tapi ujung-ujungnya ambil uang jemaah,” ujar dia. Di situlah, kata Maskat, dibutuhkan kehadiran petugas haji. Untuk responsif terhadap hal-hal yang bisa mengancam keselamatan jemaah. Kepala Daerah Kerja Madinah Muhammad Khanif mengimbau jemaah agar tidak mudah percaya pada orang yang seakan-akan menawarkan bantuan. “Jika ada kesulitan, datang saja ke tempat petugas yang tersebar di gate 21, 15, 6, dan 37 Masjid Nabawi,” terangnya. Dia juga menegaskan bahwa petugas haji Indonesia selalu menganakan seragam resmi dalam bertugas. “Petugas haji juga dibekali kartu identitas resmi,” terangnya. Khanif menjelaskan, PPIH Arab Saudi juga berkoordinasi dengan para petugas haji yang bertugas di kloter. Petugas kloter, kata Khanif, harus berada di pos-pos khusus selama jemaah haji beribadah di Masjid Nabawi. Tujuannya agar jemaah yang kesulitan bisa mudah menghubungi petugas. “Petugas kloter ada lima orang di tiap kloter. Jika semua turun ke Masjid Nabawi, pasti jemaah akan merasa lebih tenang melihat banyak petugas haji,” terangnya. (jpg/bha)
Sumber: