Rupiah Jeblok ke Rp14.387/Dolar AS

Rupiah Jeblok ke Rp14.387/Dolar AS

Jakarta -- Nilai tukar rupiah menembus angka Rp14.387 per dolar Amerika Serikat (AS), Kamis (28/6). Pelemahan rupiah memang terus meningkat sejak pagi. Padahal pada akhir perdagangan, Rabu (27/6), saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018 diselenggarakan, posisi rupiah masih bertengger di kisaran Rp14.200 per dolar AS. Ibrahim, Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka seperti dikuti CNNIndonesia.com mengatakan, pelemahan rupiah yang cukup dalam pada Kamis terjadi karena besarnya tekanan konflik global. Mulai dari perang dagang AS-China hingga konflik Iran dengan Arab Saudi. "Iran mengancam akan meluncurkan 1.000 rudal ke Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi. Konflik geopolitik ini berpengaruh sekali kepada rupiah, yang dari sisi internal sudah kehabisan sentimen positif," ujarnya. Sedangkan sentimen dari penyelenggaraan Pilkada yang relatif damai dan tertib, rupanya tak lagi mempengaruhi pelaku pasar. Begitu pula dengan rencana kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang akan diumumkan pada esok hari, Jumat (29/6). "Mungkin Jumat (29/6) pagi masih akan melemah pada pembukaan, tapi setelah BI mengumumkan hasil rapatnya, baru bisa terangkat sedikit rupiah," imbuhnya. Di sisi lain, dengan jebloknya rupiah, Ibrahim melihat, ini pertanda bahwa bank sentral nasional juga tak melakukan intervensi dengan menggelontorkan cadangan devisa. Pasalnya, kondisi rupiah ini merupakan yang terburuk sejak awal tahun. Sebelumnya, ketika rupiah terperosok cukup dalam, biasanya BI langsung buru-buru intervensi. Walhasil, cadangan devisa pada bulan lalu menyusut hingga US$122,9 miliar. IHSG Terpental Anjloknya nilai tukar rupiah yang hampir menyentuh Rp14 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen negatif utama bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang Kamis (28/6). IHSG pun ikut terpental jauh hingga 2,07 persen ke level 5.667 pada penutupan sore ini, setelah bergerak di antara level 5.661-5.801. Mengutip investing.com, nilai tukar rupiah pada pukul 16.00 WIB berada di area Rp14.389 per dolar AS. Angka itu turun 1,09 persen atau 154,5 poin dari sebelumnya di level Rp14.233 per dolar AS. "Pelemahan rupiah ini menjadi sentimen negatif untuk kinerja ekonomi," ungkap Kepala Riset LBP Institute Lucky Bayu Purnomo. Selain karena rupiah, penantian keputusan Bank Indonesia (BI) terhadap peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin juga menambah beban bagi indeks hari ini. Seperti diketahui, BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) terkait penentuan suku bunga acuan besok sekitar pukul 14.00 WIB. "Peluang kenaikan suku bunga acuan menjadi lima persen dari 4,75 persen membuat IHSG terkoreksi," sambung Lucky. Makanya, ia berpendapat sebaiknya Bank Sentral Indonesia itu tak mengubah suku bunga acuan saat ini untuk menenangkan pelaku pasar modal yang sedang panik. Lucky melanjutkan, pelemahan IHSG ini juga kelanjutan dari respons pelaku pasar terhadap penurunan indeks Dow Jones di bursa saham Wall Street, di mana salah satu penyebabnya dari perang dagang antara AS dengan China dan Eropa. Senada, Analis Danpac Sekuritas Harry Wijaya menyebut IHSG memang sedang dalam tren penurunan karena nilai tukar rupiah yang terus tertekan. Dengan kondisi seperti, kata Harry, jika BI menaikkan suku bunga acuan maka bukan tidak mungkin IHSG keok hingga ke level 5.500-5.100. Menariknya, jumlah dana asing yang keluar dari pasar saham Kamis (28/6) tak sampai Rp1 triliun meski IHSG terjungkal hingga dua persen. Berdasarkan data RTI Infokom, pelaku pasar tercatat jual bersih (net sell) sebesar Rp691,87 miliar, sedangkan jumlah net sell di pasar reguler sebesar Rp654,06 miliar. (cnn/lav/lav)

Sumber: