Jerman vs Swedia, Bangkit Atau Angkat Koper
SOCHI – Status Jerman sebagai salah satu tim yang akan memenangi Piala Dunia 2018 ini koyak. Die Mannschaft menapaki jalan Spanyol di matchday pertama Piala Dunia 2014 ataupun Prancis di matchday pertama Piala Dunia 2002. Sebagai juara bertahan, tim-tim itu mengalami kekalahan di laga pembukanya. Demi menghindari hasil yang lebih parah, misalnya angkat koper lebih awal alias tersisih di fase grup, Jerman menggelorakan asa kebangkitan. Pada matchday kedua grup F versus Swedia di Fisht Olympic Stadium dini hari nanti (24/6), Manuel Neuer dkk harus menang. Sebab tiga poin adalah satu-satunya jalan agar peluang lolos ke babak berikutnya tetap terbuka (siaran langsung TransTV pukul 01.00 WIB). Der trainer Jerman Joachim Loew seperti diberitakan BBC kemarin (22/6) mengatalan pasca kekalahan 0-1 oleh Meksiko Minggu (17/6) lalu seluruh timnya berduka. Seolah kena sawan, pasukan Jerman kalang kabut oleh wakil Amerika Tengah itu. “Kami harus melupakan semua yang sudah terjadi dan memang ini tidak mengenakkan bagi kami. Namun tim ini memiliki pengalaman bangkit pasca mengalami kekalahan,” kata Loew. Boleh saja Loew mengklaim demikian. Namun histori menunjukkan fakta sebaliknya. Prancis finis di posisi dasar grup pada Piala Dunia 2002. Sedang Spanyol harus puas posisi ketiga grup di Piala Dunia 2014. Penyerang Jerman Thomas Mueller kepada ESPN menuturkan seandainya dua laga tersisa Jerman yakni lawan Swedia (24/6) dan Korsel (27/6) statusnya adalah laga final. “Ada tekanan yang sangat besar yang kami hadapi di grup ini. Kami harus meraih tiga angka pada dua pertandingan tersebut,” kata pemain Bayern Muenchen tersebut. Mueller, Mesut Oezil, Joshua Kimmich, dan Sami Khedira adalah empat pemain yang mendapat nilai merah ketika Jerman kalah di tangan Meksiko. Kimmich dianggap biang keladi terjadinya gol pemain Meksiko Hirving Lozano. Khedira juga sering telat memblokade serangan cepat Meksiko. Sementara Oezil dikritik karena tidak banyak menciptakan peluang. Mueller menurut pundit ESPN Raphael Honigstein kemarin sama sekali tidak memegang peran vital seperti yang dilakukannya pada Piala Dunia 2010 atau Piala Dunia 2014. Pada 2010, Mueller yang bermain di kanan sering mengotaki serangan balik yang membuatnya punya keleluasaan menusuk ke area pertahanan lawan. Kemudian pada 2014, dimana Jerman memainkan 4-3-3 dengan Loew menginstruksikan pemainnya berlama-lama mengontrol bola. Penyerang Jerman seperti Mario Goetze dan Miroslav Klose turun sampai lini tengah menyisakan banyak ruang bagi Mueller untuk tiba-tiba menyeruak dari tengah dan mencetak gol. Sedang pada edisi Piala Dunia 2018 ini, Jerman bermain lebih lambat dan ruang yang dimiliki Mueller pun sedikit. Tak keran produktivitas Mueller pun merosot. Jika melihat posisi dan perannnya yang tak lagi penting maukah Mueller diganti ? “Tentu saya akan merasa frustrasi jika seperti itu yang terjasi. Saya kira semua pemain pun mengalami hal yang sama,” tutur Mueller kepada ESPN kemarin. Winger Swedia Emil Forsberg kepada Reuters mengatakan siap menghadapi Jerman yang akan mengubah formasi atau merotasi pemainnya. Timnya pun akan merespon sesegera mungkin situasi yang terjadi. “Pertandingan lawan Jerman adalah pertandingan yang sangat sulit. Kami menghadapi juara dunia namun pada saat yang sama kami akan mencoba menikmati permainan dan tekanan yang dihadapi,” tutur Forsberg. Pengetahuan Forsberg akan pemain-pemain Jerman ini ada di luar kepala. Sebab dalam tiga musim terakhir, pemain 28 tahun itu bergabung dengan salah satu debutan terbaik Bundesliga RB Leipzig. (jpg/bha)
Sumber: