Ramadan, Harga Rumah Turun
JAKARTA-Perusahaan riset properti Rumah.com memprediksi, harga jual rumah berpotensi mengalami penurunan pada kuartal II-2018. Periode tersebut bertepatan dengan Ramadan tahun ini. Rumah.com mengacu pada hasil riset dalam dua tahun belakangan. Menurut Rumah.com Property Index, harga rumah pada saat Ramadan tahun 2016 dan 2917 turun di bawah 1%. Tahun 2016 contohnya, Ramadan berlangsung mulai awal Juni hingga awal Juli. Indeks harga rumah susut 0,4% per kuartal III. Sementara pada tahun 2017, Ramadan berlangsung mulai akhir Mei hingga akhir Juni. Rumah.com Property Index menunjukkan, indeks harga rumah kembali mengempis 0,1% per kuartal III. Namun, penurunan harga rumah tidak sama pada setiap lokasi. Ambil contoh Bali dengan catatan penurunan 1,9%, Jawa Timur 1,4% dan Jawa Barat 1%. Kalau harga properti di pasar utama seperti Jakarta dan Banten justru terlihat stabil sepanjang periode Ramadan. Rumah.com yakin, tren harga rumah Ramadan tahun ini masih akan sama. "Jakarta dan Banten yang masih akan tetap kuat, sementara wilayah-wilayah lain akan mengalami sedikit penurunan, pada kisaran 1%-2%," ujar Marine Novita, Country Manager Rumah.com dalam keterangan tertulis, seperti dikutip dari laman Kontan.co.id, kemarin. Setali tiga uang, pengamat ekonomi dan properti independen David Cornelis menjelaskan, tren penurunan harga sektor properti bakal lebih terasa pada segmen menengah bawah. Pasalnya, konsumen pada segmen itu berhadapan dengan pilihan membeli rumah atau memenuhi kebutuhan musiman sepanjang Ramadan. Tak ayal, secara historis penjualan properti saban Ramadan cenderung turun ketimbang bulan-bulan sebelumnya. Konsumen biasa menunda bertransaksi hingga sebulan pasca Ramadan. Setelah itu, pola belanja properti mulai naik hingga mendekati tahun baru. Sebaliknya, segmen menengah atas relatif tak terpengaruh momentum Ramadan. Pasar itulah yang kemudian menjadi target para pengembang properti. Oleh karena itu, Rumah.com menilai pasar properti pada saat Ramadan dalam kondisi buyer's market. "Artinya, daya tawar dari pengembang cenderung lebih lemah terhadap pembeli, baik itu pembeli untuk ditinggali maupun pembeli untuk investasi, (karena) pada periode ini, pengembang biasanya menawarkan banyak promosi, bonus, serta kemudahan-kemudahan lainnya," beber Ike Hamdan, Head of Marketing Rumah.com.(ktn)
Sumber: