Subsidi Solar akan Ditambah
Jakarta - Pemerintah berencana menambah subsidi solar tahun 2018. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan agar subsidi solar ditambah menjadi Rp 1.500/liter. Saat ini pemerintah telah mensubsidi BBM jenis solar sebesar Rp 500/liter. Pihak Kementerian ESDM pun mengusulkan subsidi ditambah sebesar Rp 1.000/liter, maka total subsidi solar nantinya Rp 1.500/liter. Menanggapi itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan semua keputusan mengenai wacana tambahan subsidi solar diputuskan dalam laporan kinerja APBN semester I-2018 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). "Sekarang UU APBN menetapkan Rp 500 per liter yang sudah tidak cukup. Oleh karena itu, apakah dalam hal ini tambahan jadi Rp 1.000 atau jumlah yang akan ditetapkan nanti, sedang terus dibahas. Nanti akan kami lapor ke dewan melalui laporan semester pertama," kata Sri Mulyani usai acara sosialisasi PP Nomor 14 Tahun 2018, Jakarta, Selasa (22/5). Kenaikan alokasi subsidi ini, kata Sri Mulyani, imbas dari pergerakan harga minyak dunia yang sudah melebihi dari batas asumsi dalam APBN 2018. "Bedanya dengan harga asumsi di APBN sangat besar, dari US$ 48 per barel sekarang bahkan mencapai di atas US$ 80 per barel," ungkap dia. Tingginya harga minyak secara langsung menjadi beban bagi BUMN dalam hal ini PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Sebab, dua perusahaan pelat merah ini sangat bergantung dengan minyak. Minyak yang digunakan pun berasal dari impor sehingga biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari biasanya. "Maka kami akan lihat struktur biaya mereka yang mengalami tekanan karena impor minyak sudah dengan harga tinggi. Sementara harga yang disubsidi tidak mengalami perubahan. Kami sedang menghitung neraca keuangannya PLN dan Pertamina, kebutuhan untuk menjaga agar BUMN ini tetap memiliki kondisi keuangan yang sehat dan baik," jelas dia. Meski demikian, berapa besaran yang akan ditetapkan pemerintah mengenai angka subsidi solar akan diputuskan pada saat menyampaikan kinerja APBN pada semester I-2018. "Mengenai revisi (subsidi) nanti kami akan laporkan di laporan semester pertama, akan kami bahas dengan dewan," tutup dia. Sebelumnya, Dirjen Migas Djoko Siswanto menjelaskan, saat ini pemerintah telah mensubsidi BBM jenis solar sebesar Rp 500/liter. Pihaknya pun mengusulkan subsidi ditambah sebesar Rp 1.000/liter, maka total subsidi solar nantinya Rp 1.500/liter. "Perkiraannya sekitar Rp 1.000 ya per liter. Sekarang kan (subsidi) Rp 500/liter. Nanti usulannya ditambah Rp 1.000/liter jadi Rp 1500/liter," katanya di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (14/5) lalu. Djoko mengatakan usulan tersebut akan dibahas dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) pada Juli mendatang bersama DPR-RI. Usulan itu juga akan dikaji oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu). "Usulannya. Pembahasan resminya kan di DPR nanti di APBN-P," katanya. Sebelumnya Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu menyatakan hingga kini masih menghitung tambahan subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar. Kepala BKF Suahasil Nazara mengatakan perhitungan yang dilakukan juga dengan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar yang sampai saat ini masih volatilitas. "Masih dihitung itu oleh kita dengan DJA (Direktorat Jenderal Anggaran). Kayanya sudah diomongin, tapi tim teknis masih kerja. Makanya lagi dilihat biar tim teknis kerja dulu," kata Suahasil di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (9/5/2018). Dia menjelaskan alasan pemerintah menghitung ulang tambahan subsidi BBM karena perubahan harga minyak dunia. Di sisi lain, pemerintah belum mengagendakan pertemuan dengan DPR untuk membahas rencana perubahan tersebut.(dtc)
Sumber: