Aksi Bom Bunuh Diri Bukan Jihad
KOTA TANGERANG-Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang menyebarkan fatwa. Ketua MUI KH Edi Junaedi Nawawi mengatakan isi imbauan tersebut mengenai haramnya aksi terorisme. Fatwa disebarluaskan kepada seluruh pengurus MUI tingkat kecamatan serta organisasi masyarakat se-Kota Tangerang. Sebetulnya, kata Edi, MUI telah lama mengeluarkan fatwa tentang terorisme. “Fatwa tersebut menyatakan terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang jelas-jelas diharamkan oleh agama, baik dilakukan oleh perorangan, kelompok, maupun negara dengan tujuan apapun," ujarnya Selasa (15/5). Imbauan fatwa terorisme tersebut merupakan tembusan dari MUI Pusat demi menjaga kondusivitas wilayah setelah maraknya serangkaian aksi teror di Jawa Timur. “Tembusan imbauan dari pusat kita sampaikan ke masing-masing jajaran MUI tingkat Kecamatan se-Kota Tangerang dan ormas-ormas," ucapnya. Menurutnya, seluruh MUI tingkat kecamatan dan organisasi masyarakat juga agar meneruskan imbauan tersebut kepada warga masyarakat. Selain menyampaikan dukacita, Edi Junaedi juga mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak cemas dengan aksi terorisme. “Imbauan ini supaya kita menjaga kondusivitas, jangan sampai terpancing dengan hal-hal yang bisa menimbulkan keresahan dan memecah belah seluruh umat beragama serta menjaga NKRI," paparnya. Tindakan terorisme dengan bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya, berpotensi mencederai rasa persatuan dan kesatuan serta menimbulkan kecemasan dan gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban masyarakat. MUI mengutuk keras pelaku pengeboman yang terjadi di Surabaya. “Intinya teroris itu haram, terorisme itu tidak diajarkan agama Islam. Pelaku yang meninggal dengan aksi terorisme itu bukan jihad,” ujarnya. Sementara itu, isak tangis pecah saat jenazah Legita atau Liem Gwat Ni (56) tiba di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, di Jalan Daan Mogot, Kota Tangerang, Selasa (15/5). Legita merupakan satu dari 14 korban tewas ledakan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu (13/5) lalu. Jenazah korban yang merupakan warga Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang itu tiba di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda bersama anaknya, Anton dan Max Prawira Teja sekira pukul 14.45 WIB. Sang anak, Max, tak kuasa menahan tangis saat keluar dari mobil ambulans. Ia menangis tersedu sambil membawa foto mendiang ibunya. Para jemaat gereja meneteskan air mata ketika jenazah Legita yang berada di dalam peti berwarna putih digotong memasuki gereja. Jenazah Legita disambut dengan alunan misa oleh para jemaat. Isak tangis juga terdengar dari ratusan jemaah yang hadir dalam misa pemberkatan secara katolik tersebut. Pihak gereja menggelar misa pemberkatan secara Katolik dipimpin oleh Romo Pastor Walterus Teguh Santosa untuk mendoakan korban yang tewas akibat aksi teror ini. Ketua Pengembangan Seksi Sosial Ekonomi Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Albertus Rudi Suwandi mengatakan, mendiang Legita dan keluarganya terbilang aktif dalam kepengurusan Gereja Katolik tersebut. “Korban merupakan jemaat kita dan salah seorang pengurus wanita Katolik Cabang Tangerang. Anaknya, Max Prawira Teja juga salah satu pengurus di sini," ujarnya. Semasa hidupnya, lanjut Rudi, Legita dikenal sebagai sosok yang baik dan bersahaja. “Kami sebagai umat, teman dan sahabat merasa kehilangan sosok luar biasa yang tak pernah membeda-bedakan orang. Tetapi ini sudah kehendak Tuhan,” tuturnya. Kegiatan misa requiem tersebut selesai sekira pukul 16.15 WIB. Anton dan Max bersama para jemaat gereja menggotong peti jenazah korban ke dalam mobil ambulans untuk dibawa ke rumah duka Oasis Lestari, Kecamatan Jatiuwung. “Rencananya jenazah akan disemayamkan satu malam di Rumah Duka Oasis Lestari dan besok pagi (hari ini) rencananya akan dikremasi,” ujar Rudi. (mg-05/bha)
Sumber: