Tim Thomas Cup Indonesia Tunggal Harus Jadi Andalan
PENGURUS PUSAT (PP) PBSI sudah menetapkan skuad Indonesia di Thomas-Uber Cup 2018. Tidak ada kejutan dalam pengumuman tersebut. Sebagian besar, skuad diisi pebulu tangkis yang menjadi bagian tim di Badminton Asia Team Championships 2018 lalu. Termasuk kuartet tunggal putra Indonesia. Mereka yakni Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, Ihsan Maulana Mustofa dan Firman Abdul Kholik (selengkapnya lihat grafis). Keempat pemain tersebut menjadi bagian tim Indonesia yang menjuarai BATC 2018. Sebenarnya masih ada Tommy Sugiarto yang ada di luar pelatnas. Tetapi, PP PBSI melihat, empat tunggal putra Indonesia punya chemistry yang lebih bagus. Melihat komposisi skuad yang ada, Indonesia tentu diharapkan bisa melenggang dari grup B dengan mulus. Namun, lawan yang mereka hadapi tidak mudah, ada Korea Selatan (Korsel), Kanada dan tuan rumah Thailand. Secara peringkat dan kualitas, ganda putra Indonesia masih unggul dari ketiga calon lawan di grup B. Sedangkan di tunggal putra pekerjaan besar sudah menanti mereka. Menghadapi Korsel, Ginting dkk bakal menghadapi tantangan dari pemain senior seperti Son Wan-ho dan Lee Dong-keun. Sedangkan, Thailand diprediksi bakal menurunkan tunggal putra muda mereka. Yang notabene merupakan seangkatan dengan kuarter tunggal putra Indonesia. Kabidbinpres PP PBSI, Susy Susanti menyebutkan semua pemain harus menjadi andalan. “Sudah gak jamannya lagi bertumpu pada ganda putra saja,” terangnya saat dikonfirmasi kemarin (6/5). Sedangkan, mengacu performa empat tunggal putra Indonesia yang masih labil, tantangan tentu tidak akan mudah. Hanya, kejuaraan beregu ini tidak bisa disamakan dengan turnamen perorangan. “Mereka ini kadang punya semangat yang lebih untuk bisa kasih permainan terbaik. tetapi tentu tidak boleh saling menggantungkan,” bebernya. Sebenarnya, PP PBSI bisa memanggil Tommy kembali ke pelatnas. Tetapi, dengan mengacu berbagai macam pertimbangan, akhirnya putra Icuk Sugiarto itu harus menjadi penonton di Thomas Cup kali ini. Terpisah, mantan tunggal putra Indonesia, Hariyanto Arbi menjelaskan keputusan berani PP PBSI tidak memanggil Tommy patut dinanti. “Ini keputusan teman-teman yang ada di dalam (PP PBSI), tentu harus didukung. Namun, kalau meleset tinggal tunggu pertanggungjawabannnya,” urai pemain yang dijuluki smash 100 watt itu. Menurutnya, secara persaingan, tunggal putra Indonesia masih punya kesempatan untuk bisa bersaing. Lebih lanjut, konsistensi yang menjadi persoalan mendasar tunggal putra Indonesia diakui Arbi sebagai salah satu tantangan yang harus diselesaikan tim pelatih. “Tentu butuh waktu, mungkin 2-3 tahun lagi, kalau bisa sekarang naik kenapa tidak,” terangnya. (jpg/apw)
Sumber: