Jelang Thomas Cup 2018, Lampu Kuning Dari Wuhan

Jelang Thomas Cup 2018, Lampu Kuning Dari Wuhan

SUKSES tim bulutangkis putra menjuarai Badminton Asia Team Championship Februari lalu tidak menjadi garansi bagi skuad Merah Putih mudah memenangi Piala Thomas yang digelar 20-27 Mei mendatang di Bangkok Thailand. Sebab, pada babak kedua Badminton Asia Championship kemarin (26/4), seluruh wakil tunggal dan ganda putra Indonesia rontok pada turnamen yang dilangsungkan di Wuhan, China. Pemain tunggal Anthony Sinisuka Ginting harus menyerah dari unggulan kelima turnamen Lee Chong Wei dalam rubber game 21-16, 9-21, 11-21. Ginting bisa dibilang beruntung pada game pertama. Sebab, mayoritas poin yang didapt justru dari kesalahan yang dilakukan Chong Wei. ”Mungkin karena ini pertemuan pertama kami, jadi lawan belum menemukan feeling mainnya,” ucap Ginting dalam surat elektronik PP PBSI. Begitu pula Jonatan Christie. Jojo –sapaan akrab Jonatan Christie- kalah di tangan pemain Hongkong Ng Ka Long Angus 19-21, 21-12, 15-21. Sempat bermain ketat di awal laga dan merebut kemenangan pada game kedua, Jojo harus kehilangan harapan di game penentuan. Staminanya terlihat menurun di saat-saat terakhir. Pelatih tunggal putra Hendry Saputra menuturkan, lawan-lawan yang dihadapi memiliki kemampuan yang cukup merata. Meski kalah, dua laga anak didiknya itu ditempuh melalui drama tiga game. Menurut dia, Ginting maupun Jojo sudah berusaha yang terbaik. Namun, memang ada hal teknis yang kurang. Ginting, misalnya, dia dalam kondisi yang tidak fit lantaran mengalami cedera pada latihan hari pertama. Akibatnya saat game penentuan, pebulutangkis 21 tahun asal Cimahi itu kembali terjatuh, bahkan sempat meminta pertolongan medis. Sedangkan, Jojo dirasa masih belum konsisten. Memang di awal permainannya agresif, namun semua itu percuma jika tidak didukung ketahanan fisik yang prima. Padahal, menengok prestasi pebulutangkis 20 tahun itu di ajang Badminton Asia Team Championship tidak terkalahkan. Sektor ganda putra yang menjadi tumpuan untuk meraih gelar pupus. Empat pasangan Merah Putih keok. Fajar Alfian/ Muhammad Rian Ardianto harus gigit jari usai kalah dari pasangan Jepang Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe 16-21, 21-16, 13-21. Tak berselang lama, Berry Angriawan/Hardianto ikut angkat kaki. Mereka kandas di tangan Goh V Shem/Tan Wee Kiong (Malaysia) 16-21, 18-21. Angga Pratama/Rian Agung Saputro mengakhiri pertandingan lebih cepat lantaran Angga mengalami cedera engkel. Dan terakhir, duet gaek Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan gagal bertahan. Mereka kalah usai bertarung rubber game melawan duo Taiwan Lee Jhe Huei/Lee Yang 18-21, 21-18, dan 16-21. Kabidbinpres PP PBSI Susy Susanti menuturkan, gagalnya wakil-wakil putra Indonesia akan menjadi evaluasi menyongsong Piala Thomas. Mengingat, mereka ditargetkan mampu meraih juara. Pada Kejuaraan Badminton Asia, tim putra malah anti-klimaks. Untuk sektor tunggal putra, lanjut Susy, masih harus lebih konsisten dan berusaha bermain lebih fleksibel dengan cara mereka sendiri. Sedangkan, di ganda putra situasi seperti itu di luar dugaan. Seolah semakin sulit menemukan pelapis The Minion Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Apalagi, tim ganda digadang-gadang menjadi senjata untuk mendulang poin di kejuaraan badminton beregu dunia itu. Tak pelak, lampu kuning saat ini menyala terang. Menjadi tanda ada sesuatu yang harus diperbaiki demi mewujudkan juara Piala Thomas nanti. ”Setelah mereka kembali, kami akan fokus dulu pada atlet yang cedera. Diskusi dengan pelatih akan kami lakukan untuk melihat kekurang yang ada agar segera ditingkatkan,” kata peraih medali emas Olimpiade 1992 Barcelona tersebut. (jpg/apw)

Sumber: