Pengprov Porlasi Banten, Minat Pakai Pelatih Asing
RASA percaya diri tinggi diapungkan oleh Ketua Pengprov Porlasi Banten H. Asep Yusuf Syahril terkait persiapan atlet layar Banten menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2020 di Papua. Alih-alih memikirkan persiapan jangka panjang babak kualifikasi PON 2019, Asep sudah jauh memikirkan soal peluang meraih medali emas di PON di wilayah timur Indonesia itu. "Kalau untuk Pra PON Insya Allah dengan syarat tiga besar kami bisa lolos 4 atlet, sekarang tinggal memikirkan bagaimana meraih tiga atau empat medali emas di PON. Dan itu kita persiapkan mulai sekarang sesuai amanah ibu ketua umum (Hj. Rumiah Kartoredjo, red)," tegas Asep. Keempat atlet yang diyakini Asep akan tampil di Papua adalah empat atlet penghuni Pelatnas Asian Games saat ini yakni Ratiah yang juga peraih medali emas PON XIX/2016 Jawa Barat, kakak-adik Kirana Wardojo dan Gregory Roger Wardojo serta peselancar muda Dexy Priany. Keempatnya yang saat ini tengah ditempa latihan di Pantai Karnaval, Ancol saat ini merupakan atlet nomor satu Indonesia di masing-masing nomor. Asumsinya tanpa mengecilkan arti atlet lainnya, dengan status tersebut syarat 3 Besar Pra PON diyakini dalam genggaman keempat atlet tersebut. Apalagi keempatnya akan terus berlatih rutin setelah Asian Games, karena akan tampil pada Porprov V Banten, November nanti. Agar peluang meraih medali emas PON semakin besar, Asep mengaku pihaknya sedang memikirkan untuk memakai tenaga pelatih asing khususnya saat menjalani Pelatda PON 2020 nanti. Rencana ini dikemukakan Asep lantaran dirinya melihat kemampuan atlet yang saat ini di Pelatnas mengalami peningkatan kemampuan yang signifikan dengan ditangani dua pelatih asing asal Selandia Baru dan Polandia. Pelatih Selandia Baru yakni Brush Kendall menangani atlet selancar angin yakni Ratiah dan Dexy Priany. Sementara Marek Nostitz Jackowski pelatih Polandia menangani atlet Pelatnas nomor perahu yang diikuti oleh dua Wardojo yakni Kirana dan Roger. "Saya cukup yakin jika dipoles oleh dua pelatih ini, atlet Banten akan bisa mempersembahkan medali lebih banyak dari PON di Jawa Barat lalu. Perkembangan anak-anak cukup pesat, karena dilatih pelatih yang punya ilmunya," kata Asep. Hanya saja untuk menggunakan pelatih asing, Asep mengakui pihaknya kesulitan untuk memberi gaji dua pelatih asing tersebut. Karena dibutuhkan dana ratusan juta untuk menggunakan jasa keduanya. "Di Pelatnas mereka dibayar Rp 8 juta, bukan perbulan tapi per hari. Tapi, dengan kedekatan Insya Allah kita bisa membujuk mereka untuk bisa menerima bayaran yang lebih murah dalam satu paket. Tapi tetap saja harganya masih ratusan juta," beber Asep. Hanya saja lanjut perintis olahraga layar di Banten ini rencananya Pengprov akan mengakali penggunaan kedua pelatih asing tersebut tidak sepanjang Pelatda PON. Namun keduanya digunakan saat akan menghadapi PON saja yakni dua sampai tiga bulan saja. "Kami butuh bantuan dari KONI untuk bisa merealisasikan hal tersebut, karena dana yang tidak sedikit untuk mendatangkan keduanya. Kalau pun ada pihak swasta yang mau menanggung biaya keduanya lewat program bapak asuh kami juga berharap," jelas Asep. (apw)
Sumber: