Jerman vs Spanyol, Move On dari False Nine

Jerman vs Spanyol, Move On dari False Nine

  DUESSELDORF – False nine salah satu kekuatan Spanyol saat menyabet trofi juara di Euro 2016, trofi major tournament terakhirnya. Begitu pun di balik trofi keempat Jerman saat Piala Dunia 2014, Mario Goetze yang jadi penentu hasil akhir pun berperan sebagai false nine. Nah, masih adakah false nine itu? Baik Jerman atau Spanyol akan menjawabnya di Esprit Arena, Duesseldorf, dalam laga uji coba dini hari nanti WIB. Timo Werner dan Diego Costa bisa jadi opsi move on dari skema itu. Werner bersama Jerman, plus kembalinya Costa di La Furia Roja. Dan, apabila der trainer memilih opsi itu, maka untuk apa ada Turbo Timo? “Saya tak ingin itu terjadi, karena saya ingin tiket ke Piala Dunia tetap berada di tangan saya,” ucap Werner, dalam wawancaranya kepada Sports 1. Dengan melejitnya Werner setelah memenangi Piala Konfederasi 2017 dia telah meyakinkan Loew bahwa Die Mannschaft masih punya nomor sembilan terbaik. Tak perlu nomor sembilan palsu. “Gol-gol saya yang akan jadi penentunya,” tambahnya. Meski ledakannya bagi RB Leipzig di Bundesliga tak sedahsyat musim lalu. Dulu, 25 Spieltag dia mencetak 15 gol. Musim ini baru 11 gol dia cetak dari 25 Spieltag. Loew pun punya alasan kenapa harus memilih satu dari Sandro Wagner atau Mario Gomez di posisi sembilan. Pascaledakan Werner di Rusia, dua kali Loew memainkan skema false nine. Hanya, itu tak dia mainkan di skema starter. Pertama, pada 11 menit terakhir kualifikasi Piala Dunia 2018 di saat lawan Ceko (1/9). Kedua, saat meredam Prancis 2-2 di laga uji coba, 14 November lalu. Uniknya, dua kali main false nine itu, dua kali pula Thomas Mueller dkk selamat dari noda. Menang atas Ceko 2-1, dan bisa meredam Les Bleus 2-2. Manajer timnas Jerman Oliver Bierhoff menganggap opsi false nine bisa jadi pelecut striker-striker Jerman. “Bagi para pemain ini bagus agar mereka bisa saling sikut satu sama lain. Bagi pelatih juga akan menguntungkan,” tutur Bierhoff, dalam situs resmi Federasi Sepak Bola Jerman (DFB). Dilansir Welt, Loew tak mau terlalu banyak eksperimen dalam laga ini. Karena, di dalam gambarannya, dua kali uji coba ini sudah langsung fokus ke Rusia. Itulah alasan kenapa mereka memilih Spanyol dan Brasil – dua negara kuat di Piala Dunia – sebagai lawannya. Jerman akan menghadapi Brasil pada 28 Maret di Olympiastadion Berlin. “Ini jadi gambaran tim kami,” ucap Loew. Menang di laga ini maka Jerman akan mencatat 23 laga unbeaten, menyamai capaiannya antara Oktober 1978 sampai Desember 1980. Ketika itu, namanya masih Jerman Barat. Kendali pelatih di tangan Jupp Derwall. Tapi, Spanyol bisa merusaknya dengan comeback Costa setelah enam laga dalam sembilan bulan. The Beast bisa jadi solusi La Furia Roja melupakan opsi false nine-nya. Apalagi Spanyol di tangan Julen Lopetegui setahun terakhir juga lebih banyak menjajal skema false nine. Itu dua di antaranya jadi skema starter. Isco dan Iago Aspas yang sering jadi false nine-nya. Bedanya di saat memakai false nine, tak 100 persen bisa jadi solusi pembeda. Dari lima kali memainkannya, cuma melawan Israel dalam Kualifikasi Piala Dunia 2018 perubahan itu bisa menguntungkan. False nine dimainkan pada 24 menit terakhir, Spanyol bisa memenangkannya pada menit ke-76 dari gol jarak jauh Asier Illaramendi. Costa, seperti dikutip El Pais mengaku dia sudah dimotivasi Lopetegui. Terlepas dari Alvaro Morata atau Aritz Aduriz sebagai kompetitornya di posisi sembilan, Spanyol masih punya Isco, Iago, atau Pedro yang bisa jadi solusi false nine. “Inilah tekanannya ketika Anda sebagai striker, terutama di tim seperti Spanyol,” ungkap Costa. “Jangan dengarkan itu, dan tunjukkan di lapangan,” begitu pesan Lopetegui pada striker Atletico Madrid itu. (jpg/bha)

Sumber: