Produksi Padi di Tegal Kunir Lor Merosot

Produksi Padi di Tegal Kunir Lor Merosot

MAUK – Ratusan hektare sawah di Desa Tegal Kunir Lor, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, mengalami penurunan produksi padi sejak 2017 lalu. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang diminta untuk meneliti penyebab turunnya produksi pada di wilayah itu. Husein (65), warga Kampung Kebonan RT 19/02, Desa Tegal Kunir Lor menuturkan, dia sudah mengalami penurunna produksi sebanyak tiga kali masa taman secara berturut-turut. Terakhir penurunan produksi ini dialami Husein pada masa tanam ini (Januari-Maret). Pada panen kali ini, dia hanya mendapatkan 2 karung gabah atau sekitar 1 kwintal (100 kg) per hektare. Husein menuturkan, biasanya dia mendapatkan hasil panen padi (gabah) sebanyak 5 ton/hektare. “Saya mengelola sawah padi seluas 10 hektare,” kata pria yang akrab disapa Haji Husein kepada Tangerang Ekspres, Senin (19/3). Senada dengan Husein, Humaidi (41) warga Kampung Masjid RT 12/05, Desa Tegal Kunir Lor mengatakan, dia menggarap lahan sawah milik orang lain. Modal untuk menggarap sawah menggunakan uang pinjaman dari orang lain. Namun, sambungnya, lahan seluas 2 hektare yang dikelola, hanya mengehasilkan padi tidak sampai 2 kwintal. Padahal biasanya dia bisa mendapatkan 10 ton. Humaidi menjelasakan, modal penggarapan diantaranya untuk membeli bibit, membayar buruh tani, membayar operator traktor, membeli pupuk, membeli pestisida (pencegah hama) dan lain-lain, dia dapatkan dari meminjam. “Kalau gagal penen begini cuma dapat capeknya saja. Lalu bingung untuk memulangkan uang yang sudah saya pakai untuk modal ngegarap sawah,” kata Humaidi. Di tempat berbeda, Kepala Desa Tegal Kunir Lor mengatakan, dia meminta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang untuk turun ke wilayahnya. Ini agar bisa mengetahui penyebab lahan sawah di wilayahnya mengalami penurunan produksi. Menurutnya, kemungkinan penurunan produksi bisa terjadi dari bebrapa faktor seperti, bibit, pupuk, hama, obat-obatan pencegah hama, air, kadar Ph atau alam. Jadi, dia berharap, dinas terkait bisa menelusuri penyebab penurunan profukdi yang dialami petani di Desa Tegal Kunir Lor. Sementara itu, Petugas Pengendali Organisme Penggangu Tanaman (PPOPT) Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Tegal Kunir Toyib mengatakan, cuaca yang tidak menentu dan lembab menjadi kondisi alam yang mendukung pertumbuhan hama wereng batang cokelat (WBC). Kemudian, penyemprotan cairan pencegah hama ke lahan persawahan yang salah, mengakibatkan tidak efektif untuk membunuh hama WBC. Menurutnya, hama WBC berada di pangkal tanaman padi, jadi petani mesti menyemprotkan cairan pencegah hama ini ke pangkal tanaman padi agar cairan bisa kontak langsung dengan hama ini. “Tapi, ingat mesti yang ada hama WBC-nya. Jangan sampai malah membunuh hama baik seperti laba-laba yang menjadi predator hama WBC,” terang Toyib. Toyib mengatakan, Koordinator, PPOPT dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) BPP Tegal Kunir Kidul, sudah menjadwalkan akan mengkroscek lahan persawahan yang mengalami penurunan produksi itu. “Kami belum bisa menyebutkan ini gagal penen katagori ringan, sedang, berat atau puso. Ini akan diketahui setelah kami turun ke lapangan,” ujar Toyib. (mg-2)

Sumber: