SBY-Jokowi Buka Peluang Koalisi
JAKARTA-Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuka peluang partainya bakal bergabung mendukung pencalonan kembali Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam pidatonya di rapat pimpinan nasional (rapimnas) Partai Demokrat di Sentul International Convention Center, Bogor, Sabtu (10/3), SBY mengungkap faktor merosotnya elektabilitas Demokrat pada pemilu 2014 disebabkan dua hal. Pertama, adanya kader yang terseret korupsi. Kedua, keputusan untuk tidak mengajukan calon dalam pilpres. Dengan dasar itu, SBY menyatakan kesiapan Partai Demokrat untuk bergabung bersama Jokowi pada Pemilu 2019 nanti. ”Jika Allah SWT mengizinkan, Insyaallah Partai Demokrat akan senang berjuang bersama Bapak (Jokowi). Apa pun namanya, apakah koalisi atau aliansi, apabila kerangka kebersamaannya tepat,” ujar SBY. Presiden keenam RI mengisyaratkan kesiapan bergabungnya Partai Demokrat apabila sejumlah syarat bisa terpenuhi. Selain kerangka kebersamaan, Partai Demokrat juga ingin terlibat dalam penyusunan visi Indonesia 2019-2024. Selain itu, sebuah koalisi akan berhasil, solid, dan kuat jika dilandasi saling percaya. ”Mutual respect dan mutual trust. Koalisi adalah masalah hati. Partai Demokrat siap membangun koalisi seperti ini,” kata SBY. SBY juga meminta restu kepada Presiden Jokowi agar Partai Demokrat bisa sukses dalam Pemilu 2019 nanti. Namun, Partai Demokrat juga tidak ingin mengumbar banyak janji, sebelum tercapai kesepakatan terkait koalisi. ”Insyaallah jika masuk pemerintahan, hal-hal yang baik di pemerintahan yang dahulu akan diperjuangkan. Sudah tentu, hal-hal yang baik di pemerintahan Pak Jokowi patut dipertahankan dan ditingkatkan,” ujar Pak SBY. SBY juga mendoakan kepada Jokowi untuk bisa menuntaskan masa kerja dengan hasil dan capaian yang sebaik mungkin. SBY menyebut tantangan Jokowi saat ini adalah bagaimana mengelola ekonomi global. Sebab, rakyat sungguh berharap bahwa perekonomian di tahun mendatang bisa tumbuh makin tinggi. Apa yang dialami Jokowi, kata SBY, juga dialaminya menjelang pemilu presiden 2009. ”Harga minyak meroket di tahun 2008, berminggu-minggu kami tidak tidur bagaimana agar ekonomi tidak jatuh seperti 1998. Alhamdulillah, Allah menolong, harga minyak menurun dan Indonesia bisa selamat,” ujarnya. Hal sama juga tersirat dalam sambutan Jokowi di Rapimnas Demokrat kemarin. Kode atau sinyal kuat Joko Widodo menginginkan Partai Demokrat berada dalam koalisi pendukung di Pilpres 2019, muncul. Setelah melontarkan pujian kepada Susilo Bambang Yudhoyono dan Agus Harimurti Yudhoyono soal kerapian, Jokowi mengaku sebagai seorang demokrat. "Saya selalu kalah rapi sama Pak SBY. Sama Mas AHY apalagi, tambah susah. Sudah ganteng, pinter, rapi, dan cling. Jadi kalau diundang Partai Demokrat harus betul-betul rapi,” kata Jokowi disambut tawa peserta rapimnas. Jokowi lalu menyinggung postingan Twitter bahwa dia disebut otoriter. Menurut suami Iriana ini, dia sama sekali tidak memiliki ciri-ciri otoriter. ”Saya yang selalu senyum ini kok dibilang otoriter, saya ini seorang demokrat,” seru Jokowi disambut tepuk tangan meriah. Menurut Jokowi, ciri-ciri seorang demokrat adalah pendengar yang baik, yang menghargai pendapat-pendapat orang lain dan menghargai perbedaan-perbedaan tanpa menjadikan sebagai sumber permusuhan. "Kurang lebih saya mungkin memenuhilah kriteria-kriteria itu. Artinya, saya dan Pak SBY ini beda-beda tipis banget. Kalau saya seorang demokrat, kalau Pak SBY tambah satu, Ketua Partai Demokrat. Jadi bedanya tipis sekali,” kata Jokowi disambut kembali tawa peserta. (jpc)
Sumber: