TNI AU Diminta Siapkan Sistem Deteksi Dini Tangkal Rudal Nuklir

TNI AU Diminta Siapkan Sistem Deteksi Dini Tangkal Rudal Nuklir

Dinamika konflik Laut China Timur dan Laut China Selatan harus menjadi sorotan TNI Angkatan Udara. Pasalnya, dua negara yang menjadi aktor utama yakni Korea Utara dan Tiongkok telah mengembangkan rudal nuklir jarak jauh.

Pengamat Intelijen Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati mengatakan, TNI AU harus mengembangkan konsep sistem pertahanan udara yang modern dan canggih guna melindungi keselamatan NKRI dari potensi ancaman terhadap dinamika tersebut. Caranya, dengan menyiapkan sistem deteksi dini dan sistem interceptor (alat penyadapan).
"Perlu dikaji kedua sistem tersebut untuk mampu menangkis datangnya rudal nuklir di luar ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)," ujarnya melalui pesan singkat menanggapi HUT-71 TNI AU, Senin (10/4).

TNI AU, menurutnya, harus mulai menggeser kekuatan tempur utama di wilayah perbatasan. Sebab, jarak jelajah pesawat TNI AU sangat ditentukan dari mana pangkalan awalnya untuk airborne.

Pergeseran Lanud, lanjut perempuan yang disapa Nuning itu meliputi, pembangunan landasan pacu baru berikut ground facilities dan kedua jenis radar Ground Control Interceptor (GCI) dan Early Warning (EW). "Setelah tahapan tersebut baru digeser skuadron pesawat tempurnya," ucap dia.

Ya, dia menyarankan agar TNI AU menambah skuadron udara tempur agar mampu melaksanakan patroli udara rutin selama 24 jam. "Minimal frekuensi terbang malam sama dengan terbang siang," sebut dia.

TNI AU, juga dapat mengajukan konsep kedaulatan di udara sampai dengan batas ketinggian yang diatur menurut hukum internasional dan nasional hingga ruang angkasa. Nuning turut menyarankan ditingkatkannya kapasitas personel dengan mengirim para perwira muda TNI AU menjadi Master dan Doktor ilmu ruang angkasa (space science) di luar negeri. (dna/JPG)

Sumber: