Romy: Serangan ke Pemuka Agama Mirip Orba
JAKARTA-Aksi penyerangan di rumah ibadah belakangan marak. Terbaru, terjadi hari Minggu (11/2) pagi di Gereja Katolik Santa Lidwina, Bedog, Trihanggo, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Menanaggapi situasi itu, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy mengaku, curiga dan menduga rangkaian penyerangan di tempat ibadah dan sejumlah pemuka agama, bukan sekedar kebetulan. “Ini cara orba dan rangkaian aksinya sistematis. Ada yang sedang pra kondisi atau cipta kondisi untuk merusak stabilisasi pilkada maupun pilpres," kata politisi yang akrab disapa Romy melalui keterangan tertulis, Minggu (11/2). Sebagai pimpinan partai politik, kata Romy, dugaan itu tentunya didasarkan dari pengalaman sejarah. Dia mengingat hal serupa pernah terjadi di era jelang runtuhnya kekuasaan Presiden kedua Soeharto pada 1998. Cipta kondisi kala itu beraneka ragam bentuknya. Antara lain, mulai dari operasi hitam untuk mempertahankan rezim orde baru. Yakni, dengan menciptakan tuduhan dukun santet kepada para ulama dari lingkungan Nahdlatul Ulama (NU). Sehingga, muncul pikiran dari rakyat bahwa di tetap dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki latar belakang militer kuat yaitu Soeharto. "Saya melihat langsung, dan jujur teringat kepada satu rentetan penganiayaan bahkan sampai meninggal dunia menjelang Soeharto jatuh pada tahun 1996, 1997, 1998," sebut Romy. Oleh karena itu dia mengingatkan kepada seluruh aparat keamanan dan ketertiban masyarakat khususnya Kepolisian untuk melakukan pengaawasan melekat kepada seluruh komponen-komponen masyarakat. Juga bisa mendeteksi kejadian di lapangan sebelum peristiwa itu terjadi. "Karena ini bisa jadi bukan sekedar fenomena orang gila beneran akan tetapi orang gila buatan dan bisa juga ini memang diniatkan untuk melakukan cipta kondisi akan terjadinya restabilitas pemerintahan," pungkas Romy. Kejadian itu, seolah menjawab maraknya berita hoax atau bohong terkait penganiayaan terhadap pemuka agama Islam di media sosial (medsos). Terkait ini, pihak Mabes Polri meminta yang memproduksi dan penyebar berita itu untuk menghentikan perbuatannya. "Kami berharap dan mengimbau kepada mereka yang berpotensi membuat dan menyebarkan berita hoax itu untuk berhenti, jangan membuat kegaduhan," tegas Kabag Penum Humas Polri Kombes Martinus Sitompul di kantornya, Jakarta, Jumat (8/2). Jika pelaku tidak menghentikan perbuatannya, pihak kepolisian akan mengambil tindakan tegas. "Karena kami akan melakukan tindakan tegas berdasarkan hukum kepada para penyebar dan yang memproduksi berita bohong ini," sambungnya. Di sisi lain, imbuh Martinus, pihaknya tengah menyelidiki berita-berita hoax yang sudah beredar. Terutama yang terkait dengan penganiyaan terhadap para ulama. "Kami akan lihat, kami akan selidiki lebih dalam dan kita bisa tahu motif sebenarnya apa," ujarnya. Motif tindakan itu bisa berbagai macam, termasuk juga terkait dengan Pilkada 2018 di sejumlah daerah. "Apakah terkait dengan motif politik, motif ekonomi, karena setelah memproduksi kemudian mendapat imbalan uang," tambah Martinus. (jpc/esa)
Sumber: