TNI-Polri Menempuh Cara Persuasif Untuk Bebaskan Sandera KKB
JAKARTA - Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan TNI dan Kepolisian bekerja sama dalam menangani penyanderaan warga sipil di Kampung Kimbely dan Kampung Banti, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Upaya pembebasan sandera akan menempuh cara persuasif dan negosiasi. “Rakyat harus kita lindungi,” tegas Panglima TNI melalui siaran pers Puspen TNI diterima Minggu (12/11). Terkait momentum peringatan Hari Pahlawan, Panglima TNI mengatakan para Pahlawan Bangsa berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah. “Para Pahlawan dahulu berjuang bersama, tidak pernah melihat asal usul, baik agama, suku maupun warna kulit. Itu yang perlu di contoh sekarang,” ucapnya. Pada kesempatan itu, Jenderal Gatot mengajak generasi penerus bangsa yang menikmati kemerdekaan dari jasa para pahlawan untuk bersama-sama berjuang mengisi kemerdekaan demi anak dan cucu di masa mendatang. Sebelumnya diberitakan, aksi Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua kian menjadi. Selain mengisolasi dan menyandera 1.300 orang di dua desa di Mimika, ada pula yang disiksa hingga diperkosa. Informasi ini disampaikan Wakil Bupati Mimika, Yohanis Bassang yang diperoleh dari salah seorang warga yang berhasil kabur. Dari pengakuan warga tersebut, Yohanis mendapat informasi bahwa KKB Papua mulai melakukan penyiksaan dan bahkan ada yang diperkosa. "Bahkan ada perempuan yang diperkosa. Pokoknya kejam sekali," kata Yohanis seperti yang dilansir Fajar Online (Jawa Pos Group), Jumat (10/11). Dari 1.300 warga yang disandera, 300 orang bermukim di Desa Kimbely dan 1.000 orang di Desa Banti. Hingga Kamis, 9 November, aparat keamanan belum dapat menjangkau lokasi penyanderaan yang terletak di kawasan pegunungan. Yohanis menuturkan, warga tak dapat keluar dari desa karena dikawal ketat kelompok bersenjata. Pria dengan aksen Toraja itu mengungkapkan, dari sekitar 1.300 warga dua desa yang disandera, 800 orang di antaranya pendatang. Sekitar 300 merupakan penduduk asal Tana Toraja, sedangkan 500 orang lainnya suku Bugis, Jawa, dan Buton.(fri/jpnn)
Sumber: