Taklukkan Gunung Tertinggi di Dunia
PADA bulan April tahun 1997, bendera Merah Putih berkibar di puncak gunung tertinggi di dunia, Mount Everest. Kala itu, iklim di gunung dengan ketinggian 8.848 meter dari permukaan laut dan berada di Nepal ini sangat ekstrim, yaitu -50 derajat celcius. Kondisi tersebut mampu ditaklukkan oleh angkatan perang Indonesia. Demikian salah satu sejarah perjalanan tugas Komandan Resor Militer (Danrem) 052/Wijayakrama, Kolonel Inf Iwan Setiawan SE MM. Mantan Danrindam Jaya ini berhasil menginjakkan kaki di Mount Everest bersama bersama Pratu Asmujiono dan Sersan Misirin. Pada usianya yang 29 tahun dan berpangkat Letnan Satu (Lettu), Iwan dipercaya memimpin salah satu Tim Ekspedisi Mount Everest. Nama Indonesia harum di mata dunia dan menjadi Asia pertama angkatan perang ketiga di dunia, setelah Nepal dan India, berhasil mengibarkan bendera di gunung tertinggi di dunia. Penanggungjawab misi Ekpedisi Mount Everest tersebut adalah Panglima TNI Prabowo Subianto dan orator adalah Letkol Pramono Edi Wibowo. “Pendaki saat itu merupakan gabungan, ada dari sipil. Awalnya, dari Indonesia ada 43 pendaki, kemudian diseleksi secara ekstra ketat, tersisa 33 orang, berkurang lagi jadi 25 orang. Hingga akhirnya, hanya 16 orang yang dinyatakan peserta pendaki Mount Everest,” cerita Iwan kepada Tangerang Ekpres, Minggu (29/10). Keenambelas pendaki itu, lanjut mantan Danseko Pusdikpassus Kopassus ini, dibagi dalam dua tim. Tim yang berjumlah 6 orang mendaki melalui jalur utara, Tibet. Sementara sepuluh orang lainnya yang dipimpin oleh Iwan menaiki Gunung Everest melalui jalur selatan, Nepal. Cuaca ekstrim menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki. Setelah 5 hari berjuang, tiga pendaki dari jalur selatan menginjakkan kaki di atas puncak gunung tersebut. Sedangkan tim jalur utara, tak seorang pun yang tiba di sana. Sebelumnya, para pendaki hanya latihan lebih dari tiga bulan di beberapa gunung yang ada di Nepal, selain Everest. Waktu tersebut terbilang sangat singkat dibandingkan anggota militer Malaysia yang sudah latihan lebih dari tiga tahun, namun keberhasilan digapai setelah Indonesia, yaitu bulan Mei 1997. Singkat cerita, mantan Danyon 22 Grup 2 Kopassus ini bersama dua rekannya mendapatkan Bintang Yudha Dharma Pratama. Secara pribadi, pria kelahiran Bandung, 16 Februari 1968 ini diajak untuk bersujud syukur ke Mekah, Arab Saudi, oleh Presiden Soeharto. Mantan Dansepses Pusdikpassus Kopassus ini pun mengabadikan kebanggaannya setelah menaklukkan Mount Everest itu melalui nama anak sulungnya, Arya Everest Setiawan (L). “Ketika masih di Nepal, saya dijemput 20 jenderal untuk balik ke Indonesia. Setelah itu, ditugaskan untuk mengibarkan bendera Merah Putih di puncak-puncak yang ada di tanah air, salah satunya Cartensz Pyramid di Papua. Makanya anak saya yang kedua diberi nama Cartenez Nydia Aulia (P). Kalau anak bungsu saya bernama Nabil Khansa (L),” tutur mantan Danbrigif 22/Ota Manasa Kostrad itu. Untuk diketahui, Iwan dibesarkan di Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Pasukan ini setidaknya memiliki kemampuan bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror. Beberapa jabatan lain yang pernah dijabat yaitu Wadan Grup 2 Kopassus, Wadan Pusdik Passus Kopassus, serta Danpusdik Passus Kopassus. Kemudian Danbrigif 22/Ota Manasa Kodam VII/WRB, Danrindam Jaya. Selama bertugas, Iwan pernah menjelajah berbagai pelosok nusantara, seperti Timur Timur, Papua, dan Aceh. Selain itu, dia pernah ditugaskan ke luar negeri, seperti Korea Selatan, Malaysia, Singapura, dan Australia. Atas prestasinya, Iwan mendapatkan berbagai tanda jasa, diantaranya SL Satpallencana Wira Karya SL Kesetiaan. “Prajurit TNI itu tak boleh gagal dalam bertugas. Secara pribadi, dimana saya berada harus banyak teman,” pungkas dia.(Mg-3)
Sumber: