Tangani Stunting Lewat Konvergensi Berbagai Elemen

Plt Kepala DP2KBP3A Lebak, Tuti Nurasiah memberikan keterangan kepada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (24/7). (A FADILAH/TANGERANG EKSPRES)--
TANGERANGEKSPRES.ID, LEBAK — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) menggaet aksi konvergensi semua elemen.
Langkah tersebut dilakukan untuk melakukan percepatan penanganan stunting, sekaligus menyiapkan Generasi Emas 2045.
Plt DP2KBP3A Kabupaten Lebak, Tuti Nurasiah mengatakan percepatan penanganan stunting tidak dapat dilakukan secara mandiri, melainkan harus melibatkan berbagai unsur elemen masyarakat.
"Penanganan stunting itu tentu tidak bisa dilakukan satu instansi, tetapi perlu melibatkan aksi konvergensi semua pihak," katanya di kantornya, Kamis (24/7).
Ia menyebutkan, beberapa elemen seperti perguruan tinggi, media, pengusaha, hingga pemuka agama memiliki peran sentral dan melakukan aksi penanganan stunting di Lebak.
“Aksi konvergensi semua elemen mulai dari perguruan tinggi, media, pengusaha, perusahaan, tokoh, organisasi profesi, hingga pemuka agama. Peran berbagai unsur ini diyakini akan mempercepat proses penanganan stunting," ujarnya.
Menurut Tuti, salah satu aksi percepatan penurunan stunting yang melibatkan berbagai elemen ini, seperti adanya dukungan anggaran. Sebab, langkah tersebut tak cukup bila hanya mengandalkan dari APBD dan APBN.
"Kami meyakini ini bisa terwujud bila melibatkan aksi konvergensi dari berbagai elemen itu, salah satunya lewat aksi sosial dari perusahaan," paparnya.
Ia menyebutkan, kelompok sasaran penanganan stunting, yaitu bayi usia dua tahun (baduta), balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, remaja putri, dan pasangan pengantin.
"Kelompok sasaran tersebut diberikan makanan bergizi, ASI, tablet tambah darah untuk remaja putri, pembinaan dan edukasi kesehatan bagi pasangan pengantin serta pemeriksaan kesehatan khususnya ibu hamil," jelasnya.
Diketahui, berdasarkan hasil intervensi serentak pada 2024 terhadap sebanyak 109.498 balita, sekitar 4,07 persen atau 4.452 balita teridentifikasi stunting, sedangkan pada akhir tahun 2023 sekitar 4,8 persen.
Prevalensi stunting sebesar 4,07 persen pada 2024 di Lebak menurun dibandingkan 2023, dan kini sudah dimasukkan ke aplikasi elektronik-pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM).
"Kita bersyukur prevalensi stunting setiap tahun mengalami penurunan," ungkap Tuti.
Sementara itu, Anggota DPRD dari Fraksi Nasdem, Desi Herdiana mendukung langkah pemkab Lebak yang akan melakukan kerjasama konvergensi dengan semua elemen dalam menangani stunting guna.
Sumber: