Tegakkan Kepala, Masih Ada Esok
YANGON – Begitu sepakan M. Rifad Marasabessy gagal menaklukkan kiper Thailand Kantaphat Manpati dalam drama adu penalti di semifinal Piala AFF U-18 2017 kemarin, para pemain timnas U-19 Indonesia langsung terpukul. Semua pemain menangis karena kegagalan melaju ke final. Mereka kalah 2-3 dalam drama adu penalti. Kapten timnas U-19 Indonesia Rachmat Irianto juga tak kuasa menahan air mata, meski tetap berupaya tegar dan menghibur rekan-rekannya. “Memang kami semua sedih dengan hasil ini. Tapi, kami tidak boleh larut dalam kesedihan. Di pertandingan berikutnya (perebutan peringkat ketiga, Red), kami harus bisa meraih kemenangan. Sekarang kami harus istirahat dan besok (hari ini, Red) memikirkan laga itu,” ungkap bek Persebaya Surabaya itu. Ya, karena kekalahan itu, Indonesia akan berhadapan dengan tuan rumah Myanmar dalam perebutan peringkat ketiga di Stadion Thuwunna, Yangon, besok. Myanmar tadi malam kalah adu penalti melawan Malaysia 4-5. Final akan mempertemukan Thailand versus Malaysia. Setelah hanya bermain imbang tanpa gol pada waktu normal, akhirnya Indonesia tumbang 2-3 dalam adu penalti. Hanya dua eksekutor Indonesia yang sukses menjalankan tugasnya, yakni Egy Maulana Vikri dan M. Luthfi Kamal Baharsyah. Sedangkan, M. Iqbal, Nurhidayat Haji Haris, dan M. Rifad Marasabessy, gagal. Performa kiper Thailand Kanthapat Manpati memang luar biasa dalam laga kemarin. Selain menggagalkan tiga penalti, dia juga tampil bagus di waktu normal dengan melakukan delapan penyelamatan. Kalau tiga eksekutor Indonesia gagal, dari Thailand hanya satu yang gagal, yakni Kritsada Kaman. Selain Kritsada yang merupakan kapten sekaligus penendang pertama, tiga eksekutor lainnya, Nattawut Cootiwat, Chokanan Saima-In, dan Teerapat Laohabut mampu menjalankan tugas dengan baik. Sejatinya, Indonesia bermain cukup baik dalam laga kemarin. Meski tidak memegang kendali, catatan tembakan Indonesia ke gawang lawan lebih baik. Apalagi, tidak mudah bagi Indonesia yang hanya bermain 10 orang selama babak kedua akibat kartu merah winger Saddil Ramdani di akhir babak pertama. Pemain Persela Lamongan itu terlihat melakukan sikutan kepada pemain Thailand Wudtichai Kumkeam sesaat sebelum wasit meniup peluit berakhirnya babak pertama. Saddil baru masuk pada injury time babak pertama menggantikan Feby Eka Putra. Sebelum sengaja menyikut, Saddil terlebih dulu didengkul oleh Wudtichai. Nampaknya, wasit Clifford Daypuyat tidak memperhatikan seksama kejadian ini. Insiden ini terjadi tepat di depan pelatih Indra Sjafri. Menurutnya, Saddil tidak pantas mendapat kartu merah langsung. “Saya juga menyayangkan itu kartu merah, padahal mungkin harusnya kartu kuning dulu,” ungkapnya. Indra terpaksa menarik keluar Feby lantaran winger asal Mojokerto itu memang sudah mengeluh kram sejak menit ke-15. “Dia sudah memaksakan diri sejak itu. Kalau tidak diganti malah berakibat fatal nanti. Makanya tanpa menunggu babak pertama habis kami ganti,” imbuh pelatih 54 tahun itu. Kemenangan ini menjadi kebanggaan besar pagi pelatih Thailand Marc Alavedra Palacios. Pelatih asal Spanyol itu merasa menumbangkan Indonesia merupakan salah satu pencapaian bagus. Sebab, menurutnya Indonesia merupakan salah satu tim besar di turnamen ini. “Tapi, kami punya 23 pemain yang sangat bertalenta di tim ini. Jadi kami tinggal pilih saja pemain yang bisa dimainkan. Tetap tergantung dengan lawan kami. Pemain mendengarkan instruksi saya dan kami memenangkan pertandingan,” ujar juru taktik 27 tahun itu. (jpg/bha)
Sumber: