Anggar Gali Potensi di dua Nomor
JAKARTA – Sebagai salah satu cabang olahraga (cabor) olimpiade, anggar seharusnya menjadi tumpuan buat Indonesia di berbagai multievent olahraga. Termasuk diantaranya untuk SEA Games 2017 yang bakal berlangsung mulai pekan depan. Faktanya, pelatnas anggar saat ini cukup realistis untuk bersaing dengan negara peserta lainnya. Potensi medali datang dari dua nomor, sabel putri via Diah Permatasari. Satu nomor lainnya dari Chintya Amreiny Pua (foil putri). Sebagaimana diketahui, SEA Games kali ini hanya mempertandingkan nomor individu. Praktis hanya ada enam medali yang akan diperebutkan nantinya. Berbeda pada SEA Games terakhir di Singapura yang juga mempertandingkan nomor beregu. ”Itu memang hak tuan rumah, makanya sekarang persaingan jelas makin sengit,” urai Willem Tarega, pelatih kepala pelatnas anggar kepada awak media kemarin (11/8). Setelah Stadion Utama Gelora Bung Karno direnovasi, pelatnas anggar harus mengungsi di kawasan pergudangan Cilandak Commercial Estate, Jakarta. Dalam pantauan, saat ini, anggar mengandalkan 12 atlet untuk turun di enam nomor perorangan putra dan putri pada SEA Games nanti. Willem menjelaskan bahwa Diah dan Chintya memang punya potensi buat mendulang medali di multievent level Asia Tenggara tersebut. Salah satu acuannya yakni, kedua atlet tahun ini turun di Kejuaraan Asia (Hongkong) dan Kejuaraan Dunia (Jerman). Meski mentok di babak 64 dan 32 besar, Diah dan Chintya cukup kompetitif untuk ukuran Asia Tenggara. ”Lawan saya kira masih dari Vietnam dan Thailand,” kata Diah yang juga atlet andalan Jawa Timur itu. Meskipun mengalami keterbatasan turun di ajang internasional, ibu satu anak itu mendapatkan treatment khusus dalam masa persiapan akhir ini. tim pelatih menjalankan kebijakan dengan mendatangkan lawan sparring putra untuk mendapatkan aspek kompetisi. Bagi Diah, kegagalan di nomor perorangan dua tahun lalu menjadi cambuk buat dia untuk memberikan bukti. ”Meskipun faktor non teknis kerap muncul, saya selalu bersiap saja, tampil all out,” kata wanita asal Probolinggo itu. Demikian pula dengan Chintya. Atlet asal Manado itu mengusung misi besar. Dia ingin menebus kegagalan dua tahun lalu dengan hanya mentok di 16 delapan besar. ”Yang penting medali dulu, tetapi harapannya tetap emas,” ujar gadis 25 tahun tersebut. (jpnn/apw)
Sumber: