Deteksi Obat Palsu dan Berbahaya, BPOM Pasang QR Code

Deteksi Obat Palsu dan Berbahaya, BPOM Pasang QR Code

JAKARTA - Pengawasan obat-obatan dan makanan diakui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih belum bisa berjalan dengan maksimal. Sejumlah metode pengawasan baru pun disiapkan agar mudah mengetahui mana obat dan makanan yang berbahaya. Salah satunya dengan memasang QR code.

Pemasangan QR code itu diakui kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito memerlukan waktu. Karena itu, pihaknya menetapkan skala prioritas. ’’Pertama adalah obat, tapi nanti untuk semua sampai ke pangan juga,’’ ujar Penny saat dikonfirmasi.  Diharapkan, akan langsung ketahuan bila ternyata produknya palsu atau mengandung bahan berbahaya.

Penandaan QR code pada produk obat dinilai lebih mudah dilakukan ketimbang makanan, sehingga didahulukan. Mengingat, jumlah produsen obat tidak sebanyak makanan. selain itu, area edarnya juga terbatas. Di luar itu, obat dan makanan sejak awal sudah mendapatkan prioritas dalam hal pengawasan karena langsung berhubungan dengan tubuh.

Meski belum ditetapkan, QR Code itu rencananya dipasang di tempat yang mudah dilihat, misalnya di kemasan. Bisa di kemasan luar ataupun dalam, demi mengantisipasi adanya penukaran isi produk. Poin utamanya, masyarakat bisa ikut mengawasi melalui aplikasi yang dirancang oleh BPOM.

Aplikasi tersebut sebenarnya sudah ada sejak 17 Desember 2015 dengan nama Data Produk Teregistrasi. Lewat aplikasi  yang bisa diunduh via Google Play Store itu, konsumen bisa mengecek apakah produk obat dan makanan yang hendak atau sudah dibeli teregistrasi di BPOM. Cukup dengan mengetikkan kata kunci, misal jenis atau merek produk.

Berdasarkan data, selama 2017 atau hampir tiga bulan terakhir, ada 17.842 produk obat dan makanan yang teregistrasi di BPOM. Lebih dari separonya atau 10.456 item adalah kosmetik. Di bawahnya ada makanan dan minuman (6.448), obat (478), obat tradisional (343), dan suplemen makanan (117).

Penny menambahkan, presiden meminta pengawasan obat dan makanan diperketat. ’’Lebih memperkuat pengawasan secara sistem,’’ lanjutnya. Namun, dalam hal ini presiden lebih menekankan kepada produk yang dikonsumsi anak-anak. Seperti jajanan yang biasa dijumpai di pasar atau di sekolah-sekolah. (jpg)

Sumber: