Sehari Pulau Jawa Diterjang 4 Kali Gempa

Sehari Pulau Jawa Diterjang 4 Kali Gempa

JAKARTA-Kemarin (7/7) ada empat gempa dengan kekuatan 5 sekala richter (SR) mengguncang Indonesia. Meski demikian, BMKG menyatakan gempa tersebut tidak ada keterkaitan satu sama lain. Kemarin pukul 05.54 WIB terjadi gempa di Laut Jawa, tepatnya di utara Jepara. Kekuatannya mencapai 6,1 SR. Gempa ini dirasakan sampai Jogjakarta, Jawa Timur sisi utara, hingga sebagian Bali. Selanjutnya gempa terjadi pada 11.44 di Selatan Banten dengan kekuatan 5,1 SR. Gempa ini dirasakan hingga sekitar Jabodetabek. Gempa juga terjadi di selatan Garut dengan kekuatan 5 SR pada pukul 12.17 WIB. Terakhir, terjadi di selatan Selat Sunda dengan kekuatan 5,2 SR pada 13.16.22. Semuanya terjadi pada sumber gempa yang berbeda. Kedalaman dan mekanismenya juga berbeda. Yang sama adalah keempatnya tidak berpotensi tsunami. ”Sebenarnya apa yang terjadi di beberapa wilayah gempa tersebut adalah manifestasi pelepasan medan tegangan pada sumber gempa masing-masing,” kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono kemarin. Menurutnya hal ini merupakan konsekuensi Indonesia yang berada di daerah dengan sumber gempa sangat aktif dan kompleks. Namun bila ada sumber gempa yang lokasinya berdekatan, menurut Rahmat hal itu hanya kebetulan saja. Dia mencontohkan gempa yang terjadi di Lebak, Banten selatan dan selatan Garut. Kedua gempa tersebut bersumber dari sumber gempa yang berbeda. Gempa yang terjadi di Banten selatan akibat adanya perubahan bentuk atau deformasi batuan pada Lempeng Indo-Australia di Zona Benioff di kedalaman 87 kilometer. Sedangkan gempa Selatan Garut dan selatan selat Sunda dipicu oleh adanya deformasi batuan pada Lempeng Indo-Australia di Zona Megathrust. ”Guncangan gempa M 5,1 yang bersumber di Lebak sangat dirasakan di Jakarta, karena adanya fenomena efek tapak. Di mana efek soft sedimen atau tanah lunak yang tebal di kota Jakarta memicu terjadinya resonansi gelombang gempa,” bebernya. Hal ini menurut Rahmat sesuai dengan teori gempa yang menyebutkan bahwa dampak gempa tidak saja akibat magnitudo gempa dan jaraknya dari sumber gempa. Tetapi kondisi geologi setempat sangat menentukan dampak gempa. Lebih lanjut Rahmat menerangkan bahwa dalam ilmu gempa atau seismolog, ada tipe gempa besar yang diawali dengan gempa pembuka. Namun ini belum pasti rentetan gempa yang terjadi kemarin, dipastikan kedepan akan terjadi gempa yang besar. ”Inilah karakteristik ilmu gempa yang memiliki ketidakpastian yang tinggi, yang penting juga untuk kita pahami,” bebernya. (lyn)

Sumber: