Pasien Covid-19 Meninggal, Didominasi Karena Ada Penyakit Penyerta

Pasien Covid-19 Meninggal, Didominasi Karena Ada Penyakit Penyerta

TIGARAKSA-Penyebaran virus Corona di Kabupaten Tangerang mulai melambat. Hingga Minggu (14/6), pasien meninggal dunia positif Covid 19 berjumlah 12 orang dari 226 kasus. Pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal dunia 42 orang dari 570 kasus. Menurut data dari Dinas Kesehatan (Dinkes), korban meninggal dunia akibat pasien memiliki penyakit penyerta. Seperti jantung dan pembuluh darah. Kepala Bidang Pencegahan Penyebaran dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Tangerang Hendra Tarmidzi mengatakn, kasus meninggal dunia didominasi warga yang berstatus PDP. "Kalau yang meninggal di PDP, itu sudah jelas karena ada penyakit penyerta. Meninggalnya bukan hanya karena Covid-19. Namun karena ada penyakit bawaan sebelumnya," ujarnya kepada Tangerang Ekspres, pekan kemarin. Ia menuturkan, kasus kematian terbanyak didomasi akibat pasien mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah yang sudah parah dan susah disembuhkan. "Itu didata kita. Tetapi data di DKI Jakarta itu, malah didominasi gagal ginjal. Beda-beda tergantung kasusnya. Awalnya PDP dirawat, tetapi punya penyakit bawaan. Setelah diswab hasilnya positif. Ada juga yang sudah meninggal dunia baru diketahui hasil sampel ternyata positif," jelasnya. Ia melanjutkan, virus Covid-19 tidak menyebabkan meninggal dunia jika warga yang terinfeksi tidak memilki penyakit bawaan. "Dari yang meninggal, Contohnya, ada 11 orang, ada 6 orang yang punya penyakit jantung dan pembuluh darah, ada dua orang diabetes dan tiga lainnya gagal ginjal. Itu meninggal karena penyakit bawaan yang sudah parah sehingga susah disembuhkan dan menyebabkan meninggal dunia," lanjutnya. Hendra menuturkan, apabila pasien bisa sembuh, penyakit bawaannya juga dapat disembuhkan. "Misal, ada dua, sama-sama terkonfirmasi positif dan memiliki penyakit jantung. Satunya terkontrol dan satu laginya tidak. Nah, yang terkontrol ini bisa survive atau sembuh sampai virusnya mati. Ketika menjalani perawatan pasien dibantu meningkatkan daya tahan tubuh dengan minum vitamin dan obat lainnya," paparnya. Hendra memastikan, secara teori kesehatan orang yang terinfeksi virus apapun, mau influenza, Corona atau flu burung itu tidak ada obatnya. Hanya saja, virus mati karena orang yang terinfeksi memperkuat daya tahan tubuh yang salah satunya dibuat senang atau bahagia. "Jangan ketakutan. Itu sebenarnya intinya. Imunitas kita naik otomatis kalau bergembira dan rajin beribadah dan boleh juga dibantu obat-obatan dan vitamin. Secara teori, obat yang khusus mematikan virus itu tidak ada. Hanya berbeda, ada rumah sakit yang menerapkan vitamin C, E dan D. Ada juga pasien diberi otesamilfor serta B-Compex, obat yang digunakan sejak zaman flu burung namun dilanjut kemudian, itu untuk menjadi daya tahan," paparnya. (sep)

Sumber: