Wabah Produk Realitas Pembelajaran Bersyukur

Wabah Produk Realitas Pembelajaran Bersyukur

Oleh : Andi Irawan Sahabat berkata: Telah turun ayat tentang emas dan perak seperti yang telah turun. Andai kami mengetahui harta terbaik pasti akan kami ambil. Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda; "Lisan yang berdzikir, hati yang bersyukur, istri yang beriman yang membantunya atas keimanannya". (H.R At Tirmidzi).* Sesuai dengan  hadis tersebut dapat dimaknai, sederhananya bahwa realitas harta terbaik  adalah anugerah terbesar daripada dunia dan isinya, lebih baik dari emas dan perak adalah lisan yang senantiasa berdzikir kepada Allah. Menyadari hal itu lebih baik karena hati akan menjadi tenang. Akhir akhir ini, pilu rasanya melihat berhentinya banyak aktivitas sosial manusia secara luas dimana mana dirundung kebingungan dan kengerian. ada ketidak pastian yang tercipta oleh keadaan yang pada mulanya biasa-biasa saja, kondisi yang terasa tiba-tiba menghantam dan mengoyak rasa aman dan kenyamanan. Situasi tercipta karena dihantui oleh menyebarnya satu perasaan yang bercampur dengan kekalutan informasi yang saling bersahutan, tanpa ada kendali kemana arah pikiran dan kegaduhan berasal sumber kengerian tersebut tidak berwujud nampak secara gamblang nyata terlihat. Keadaan ini sangat kontras dengan sebelumnya, sikap optimis, percaya diri, sesulit apapun. Ekonomi dimiliki orang-orang tetap bersemangat untuk menjalani kehidupan apa adanya dengan ragam realitas persoalan di dalamnya, tidak terasa ternyata kondisi sebelumnya adalah nikmat yang luput juga alpa kita sadari dan syukuri. Segala sesuatu akan terasa manfaatnya ketika manfaat tersebut pergi atau menghilang,  manfaat kebersamaan persaudaraan ikatan silaturahim persatuan antar kelompok antar golongan, kunjung mengunjungi saling peduli, tolong-menolong berpikir positif sikap kegotong-royongan yang menjadi kebanggaan ciri-khas bangsa Indonesia yang kaya akan budaya dan kesantunannya, serta menjadi kekaguman bangsa dan negara lain di dunia. Kekayaan budaya semua ini tiba-tiba lenyap seketika karena wabah yang sedang melanda. Informasi wabah beruntun tak terbendung setiap harinya diramaikan dengan berbagai komentar, anjuran, himbauan,  tutorial penanganan dan pencegahan, fatwa agama, peringatan, berita bersifat hoax tidak jelas sumbernya pun tak ketinggalan berseliweran. Sepanjang informasi mengenai wabah yang beredar tersebut, dalam konteks validnya informasi demi kebaikan dan kemashlahatan bersama penting dan wajib didukung dengan penuh kesungguhan. Ini adalah kesempatan terbaik untuk saling menguatkan berbagi semangat, saling memotivasi akan pentingnya keutuhan bersama membangun harapan hidup yang lebih baik. Dengan berbagai sikap merasa paling paham keadaan yang belum tentu kebenarannya, sehingga malah menimbulkan masalah baru terkait rasa aman dan ketenangan masyarakat, diperparah dengan banyaknya informasi tidak resmi bahkan seakan cenderung terjadi dramatisasi keadaan. Dalam bentuk kecemasan dan ketakutan yang berlebihan, sehingga tidak dapat dipertanggung jawabkan sebagai rujukan yang valid dan berimbang. Justru memicu kepanikan dan kegelapan pikiran. Bahwa manusia adalah makhluq realitas yang dapat berpikir secara cerdas dan menakjubkan. Makhluk realitas bumi yang mampu melakukan evaluasi kepada dirinyasecara objektif dan ilmiah untuk dapat berkembang dan mengelola realitas kekayaan sumber daya alam fisik dan non fisik secara bijaksana dan lengkap Cara pandang kita terhadap mewabahnya virus Covid-19 yang sudah menjadi pandemik dunia, realitas global secara fisik yang tidak kasat mata harus secara utuh menyikapinya dengan jernih dan bijak,  agar bersama-sama mengambil langkah- langkah yang tepat dan cepat mengatasinya. Serta tidak menimbulkan banyak sangka mengaburkan cara pandang  sesungguhnya. Kembali kepada pemahaman realitas dunia ini, akhirnya dapat diambil kesimpulan bahawa; realitas fisik itu fana dan mudah hancur (Material jasad sementara), seperti jasad manusia pada akhirnya pun akan rusak dan musnah. Sedangkan realitas permanen ada pada metafisik (rasa non materi) Wabah dalam pengertian realitas hasil cara pandang manusia dari sisi mana dia melihat, dari dua sudut pandang di atas. Bahwa rasa syukur dan berdzikir adalah realitas non materi atau fisik yang sering diabaikan. Sehingga wajar saja wabah ini telah mengubah realitasnya bukan lagi ancaman fisik semata, namun bergeser menjadi wabah non fisik berupa pikiran dan perasaan horor dirasakan menjadi sesuatu yang lebih mengerikan. Serta mencekam saling curiga mencurigai antar sesama, yang ini tidak kalah berbahayanya dengan fisik virusnya itu sendiri. Karena virus sebenarnya dapat dilawan dengan daya imunitas alamiah yang dimiliki dalam tubuh manusia, dimana daya tahan imunitas ini sangat bergantung dari energi positif realitas non fisik. Berupa pikiran dan perasaan manusia. Peneliti mengatakan, bahwa imunitas yang dimiliki akan bertambah maksimal bila pikiran dan perasaan ini juga terjaga dengan maksimal. Keadaan yang sebenarnya bila dlihat secara positif menjadi tantangan bersama, dan perbaikan diri dalam manusia umumnya agar menjadi lebih bersih dalam segala hal. Baik pikiran ucapan, prilaku perbuatan dan sikap tindakan, sehingga wabah adalah produk realitas yang dapat disikapi untuk meningkatkan kesadaran. Sehingga  tidak melulu ketenangan dan kebahagiaan diperoleh dari harta dan kemewahan fisik semata Pada puncaknya wabah ini adalah proses pembelajaran untuk menjaga dan terus meningkatkan imunitas pikiran rasa syukur atas nikmat Allah Swt yang maha penyayang dan pengampun. Penulis adalah Insan  Pembelajar

Sumber: