Evaluasi Malaysia Masters: Berburu Juara di Istora
TARGET meraih satu gelar juara buat pebulutangkis Indonesia di Malaysia Master 2020 gagal terwujud. Alih-alih gelar juara, Indonesia malah untuk kali pertama gagal membawa gelar dari ajang yang dilangsungkan di Axiata Arena, Kuala Lumpur, 7-12 Januari 2020. Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) berharap hasil burukini dibalas pada Daihatsu Indonesia Masters 2020 yang akan dilangsungkan pekan depan, 14-19 Januari 2020 di Istora, Senayan. Ini penting mengingat hingga April turnamen akan menjadi penentu lolos ke Olimpiade 2020 Tokyo, Jepang. Ya, dari 15 wakil yang dikirim ke Malaysia Master tak satu pun yang berhasil mencapai final. Padahal PBSI menargetkan minimal merebut satu gelar. Empat wakil yang tersisa satu persatu takluk dengan lawannya masing-masing pada semifinal, Sabtu (11/1/2020). Termasuk ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang digadang-gadang bisa menciptakan All Indonesia Final dengan Hendra Setiawan/Muhammad Ahsan. Kekalahan mereka disusul dua sektor lain, yaitu ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang tak mampu mengadang ganda China Li Wen Mei/Zheng Yu. Sedangkan, pasangan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja belum mampu mengalahkan Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong peringkat 1 dunia. "Ya, itu lah fakta yang harus diterima. Ini jadi bahan evaluasi buat para pelatih apalagi tahun ini adalah tahun krusial race to Olympic (perebutan tike ke Olimpiade). Kesempatan yang tadinya juara kemudia tidak (juara) akan kehilangan poin," kata Sekretaris Jenderal PP PNSI, Achmad Budiharto, di Istora Senayan, Minggu (12/1/2020). "Maka itu, pada turnamen berikutnya, Indonesia Masters, mereka harus lebih baik supaya bisa mengembalikan poin yang hilang," sambungnya. Pria yang akrab disapa Budi itu mengomentari penampilan Fajar/Rian yang seharusnya bisa mencuri peluang juara. "Fajar/Rian bukan tidak memanfaatkan (peluang). Tidak ada pemain yang tak ingin juara, mereka kalah strategi di pengalamannya. Jadi mereka terbawa pola permainan Korea Selatan. Mereka kurang cepat mengantisipasi perubahan pola permainan. Itu kan maslaah klasik pemain-pemain seperti itu," Budi menjelaskan. "Ya (artinya) paling tidak mereka harus tampil lebih baik supaya tidak tekor," harap dia. Selain di sektor ganda, nomor tunggal putra juga menjadi sorotan yang paling disorot. Kepala Pelatih Tunggal Putra PP PBSI Hendry Saputra mengevaluasi penampilan Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting dan Shesar Hiren Rhustavito dinilai belum menampilkan hasil maksimal di turnamen level Super 500 ini. Shesar terhenti di babak pertama dari pemain asal Hong Kong, Lee Cheuk Yiu, lalu Anthony yang diunggulkan di tempat kedelapan, juga terhenti di babak pertama dari Huang Yu Xiang (Tiongkok). Sementara Jonatan tak dapat mengatasi perlawanan Ng Ka Long Angus (Hong Kong), di babak perempatfinal. Hendry mengatakan bahwa Jonatan dkk masih belum stabil, terutama di saat-saat kritis. Hal ini masih terus dievaluasi di latihan. "Mainnya masih belum konsisten, ini yang masih terus kami harapkan dari beberapa latihan sambil melihat di mana kelemahan yang masih jelas," kata Hendry kepada Badmintonindonesia.org. "Salah satunya masih sering melakukan keselahan, buang poin di angka-angka penting. Kalau yang lain seperti cara main dan fisiknya sudah baik," lanjut Hendry. (apw/bio)
Sumber: