Fuzhou China Open 2019, Tak Jamin All-Indonesian Final

Fuzhou China Open 2019, Tak Jamin All-Indonesian Final

BUAT pecinta olahraga bulutangkis di Indonesia semakin terbiasa dengan terciptanya all-Indonesian final sektor ganda putra dalam turnamen. Dua pasangan terbaik di dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo versus Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Sejak Ahsan/Hendra naik ke peringkat dua dunia, mereka selalu berpeluang bertemu di final, karena sudah pasti berbeda pul drawing. Sepanjang tahun ini, mereka sudahbertemu di partai puncak lima kali. Yakni di Indonesia Masters, Indonesia Open, dan China Open. Lalu Japan Open, dan yang terakhir di Denmark Open, bulan lalu (20/10). Namun, menjelang terjundi Fuzhou China Open yang berlangsung mulai hari ini, Ahsan tidak berani mengaharapkan all-Indonesian final. Penyebabnya, cedera. Ahsan mengalami cedera betis kanan setelah kejuaraan dunia September lalu. Ototnya tertarik. Puncak kesakitannya terlihat saat menjalani semifinal dan final China Open. Dia dan Hendra mundur dari Korea Open untuk memulihkan diri. Namun, waktunya hanya dia pekan sebelum terjun lagi di tur Eropa. Di Denmark, Ahsan/Hendra masih mampu melaju hingga final. Namun, di French Open, mereka terhenti di babak 16 besar. "Kalau sakit masih bisa ditahan. Hanya permainan saja yang tidak keluar," ungkap Ahsan ditemui sebelum berangkat ke Fuzhou akhir pekan lalu. "Pas French Open masih berasa, walaupun sudah mendingan. Tapi namanya kaki dipakai terus, belum sembuh total pasti bisa balik lagi (ketariknya)," papar bapap dua anak itu. Sampai sekarang pun, juara dunia tiga kali itu masih terus menjalani terapi rutin seusai latihan. Semua dilakukan untuk meminimalkan rasa sakit pada kakinya. Sebab, sampai akhir tahun nanti masih ada tiga turnamen yang diikuti. Setelah Fuzhou (super 750), mereka lanjut terjun ke Hongkong Open (super 500). Dan terakhir, BWF World Tour Finals pada Desember. Ahsan mengakui, padatnya agenda turnamen membuat dirinya sulit untuk benar-benar fokus mennyembuhkan kaki. Apalagi jadwal latihan tidak pernah putus. "Rasa khawatir (kambuh) masih ada. Karena waktu pertandinga mepet-mepet terus, sementara waktu istirahat tidak panjang," tutur dia. "Kejuaraan biasanya cuma berjarak satu minggu, sedangkan kami harus persiapan. Mau tidak mau harus dihajar lagi," lanjut dia. Hal itulah yang membuat Ahsan tidak mau memasang ekspektasi berlebihan di Fuzhou. Menurut dia, Marcus/Kevin masih berpeluang lolos ke final. Konsistensi mereka sangat terjaga. Namun, meski dia dan Hendra kini menduduki nomor dua dunia, bukan berarti semua lawan mudah dilalui. Persaingan malah semakin ketat. Siapapun bisa mengalahkan unggulan. "Ekspektasi sampai semifinal dulu deh, buat jaga poin kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020. Kalau masuk final, ya itu bonus," kata Ahsan. "Bukan berarti sampai final lalu sudah dilepas gitu aja, loh. Kami juga maunya tetap juara," pemain berusia 32 tahun itu buru-buru menambahkan. Lawan terberat bagi Ahsan/Hendra sebenarnya bukan pasangan dari negara lain. Melainkan Marcus/Kevin. Selama ini tiap pertemuan di babak final selalu dimenangkan oleh pasangan berjuluk Minions tersebut. Sedangkan Ahsan/Hendra, yang dijuluki The Daddies, masih terus berupaya mencari celah untuk mengalahkan ganda putra terbaik dunia tersebut. (jpg/apw)

Sumber: