BPPT Lakukan Hujan Buatan Lebih Masif

BPPT Lakukan Hujan Buatan Lebih Masif

JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan mengupayakan hujan buatan lebih masif dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan pihak BPPT siap menjalankan arahan Presiden dalam Ratas Penanganan Karhutla yaitu untuk menjalankan operasi hujan buatan secara lebih besar. Hammam juga mengatakan bahwa hujan buatan akan lebih optimal jika dilakukan sebagai langkah pencegahan. "Hujan buatan akan optimal jika terdapat ekosistem teknologi modifikasi cuaca atau tmc. Jadi tidak terbatas hanya kegiatan di udara, menyemai awan dan menurunkan hujan. Tapi juga diiringi dengan kegiatan di darat, berupa ground control dan juga sosialisasi ke masyarakat," kata Hammam, melalui keterangan resminya Selasa (17/9). Terkait pelaksanaan hujan buatan, Hammam mengungkap bahwa Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT, saat melaksanakan hujan buatan, membidik awan yang berpotensi hujan. "Belakangan ini memang jumlah awan potensi hujan berkurang. Namun berdasarkan info cuaca, awan dengan relative humidity 70 persen atau yang berpotensi hujan, mulai bermunculan," jelasnya. Dalam upaya menciptakan hujan buatanm Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berkolaborasi dengan BPPT dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menerapkan modifikasi teknologi sebagai upaya menghilangkan asap karhutla. Modifikasi ini menggunakan Kalsium Oksida (CaO). Bahan yang lebih dikenal dengan kapur tohor aktif itu ditaburkan pada gumpalan asap sehingga dapat mengurai partikel dan menghilangkan asap. "Radiasi matahari terhalangi kabut asap, jadi awan susah terbentuk karena penguapan terhambat. Dengan kapur tohor aktif ini diharapkan konsentrasi asap berkurang, awan terbentuk, dan garam bisa ditebar untuk hujan buatan," ujar Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT Tri Handoko Seto dalam keterangan tertulis yang dikeluarkan BNPB pada Selasa (17/9). Menurutnya, setelah asap dapat diurai, sinar matahari dapat tembus ke bumi dan proses penguapan air terjadi. "BMKG memantau potensi pertumbuhan awan memang masih sulit terjadi, sedangkan upaya penyemaian garam (NaCl) sebagai syarat untuk membuat hujan buatan sendiri diperlukan awan yang mencapai minimal 80%," kata Tri Handoko. Untuk menaburkan kapur tersebut, BPPT akan menggunakan tiga jenis pesawat yakni Cassa 212 dengan kapasitas 800 kilogram, CN 295 dengan kapasitas 2,4 ton dan pesawat Hercules C 130 dengan kapasitas 4 ton hingga 5 ton. BPPT telah menyiapkan 40 ton kapur tohor aktif yang sudah disiagakan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Rencananya kapur tersebut disebar ke kumpulan asap di beberapa provinsi terdampak karhutla seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Jambi, dan Sumatra Selatan.(bis)

Sumber: