Ribuan Karyawan Chandra Asri Dievakuasi, Simulasi Hadapi Bencana Tsunami
CILEGON – Sekira pukul 10.00 WIB, sekira 3.000 karyawan PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) berbondong-bondong jalan kaki menuju bukit Marangmang di belakang pabrik kimia yang terletak di Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon tersebut. Ribuan karyawan baik organik maupun dari perusahaan rekanan tersebut bersama-sama menaiki bukit yang terletak di Kelurahan Gunung Sugih, Kecamatan Ciwandan. Tujuannya adalah mendapatkan titik aman dari bencana tsunami. Titik aman berada di ketinggian sekira 80 meter. Lokasi itu diperkirakan setengah dari ketinggian bukit. Titik evakuasi dibagi menjadi tiga, masing-masing titik disiapkan untuk setiap unit. Tiba di titik evakuasi, karyawan berkumpul dan mendapatkan pengarahan serta informasi terkait prosedur penyelamatan. Sekira 15 menit kemudian, mereka kembali turun dan melanjutkan pekerjaan. Rangkaian tersebut merupakan bagian dari skenario simulasi penyelamatan saat terjadi bencana tsunami yang menerjang Kota Cilegon dan sekitarnya. Diceritakan, terjadi gempa bumi di tengah-tengah perairan Selat Sunda yang mengakibatkan bencana tsunami. PT CAP telah menangkap sinyal akan terjadinya bencana tersebut, sehingga langsung melakukan prosedur penyelamatan sebelum gelombang air laut menerja area perusahaan. Menurut General Manager (GM) Produksi PT CAP Budiono, PT CAP mempunyai serangkaian prosedur dalam menghadapi bencana tsunami. Perusahaan telah memasang alat pendeteksi tsunami, sehingga sebelum gelombang air menerjang, perusahaan sudah melaksanakan prosedur keselamatan. Dijelaskan Budiono, saat operator menangkap sinyal tsunami, sirine peringatan langsung dinyalakan. Selanjutnya, sebagian besar karyawan diarahkan untuk lari ke lokasi evakuasi yang berada di bukit Marangmang. Di sisi lain, sejumlah karyawan bertugas memastikan mesin telah mati. “Untuk yang bertugas memastikan mesin telah mati ini kita siapkan pelampung,” ujarnya di sela-sela tsunami drill, Rabu (17/7). Untuk mematikan mesin, karyawan hanya perlu menekan tombol, dalam tiga menit seluruh mesin pabrik akan mati. Mesin harus dipastikan dalam keadaan mati sebelum terjangan tsunami karena berpotensi menimbulkan dampak yang sangat berbahaya. Hal itu karena produk yang diproduksi di pabrik tersebut merupakan bahan yang berbahaya. "Potensi yang terjadi jika mesin tidak dimatikan, mesin akan meledak," paparnya. Menurut dia, untuk bisa mencapai titik evakuasi di bukit Marangmang, jarak tempuh dari pabrik sekira 15 menit. “Simulasi ini dilakukan agar seluruh karyawan tetap mengingat prosedur yang harus dilakukan saat bencana tsunami terjadi. Karyawan penting mengingat prosedur itu karena kami meng-handle (menangani) barang berbahaya," ujarnya. Sementara itu, di lokasi yang sama, GM Safety Helat and Environment PT CAP, Tjipto Putro menjelaskan, kegiatan ini dilakukan agar karyawan maupun kontraktor yang bekerja mengetahui harus berbuat apa saat terjadi bencana tsunami. Selain itu, kegiatan ini pun dilakukan untuk menguji sistem keselamatan yang telah disiapkan oleh perusahaan. “Jadi tujuannya dua, menyiapkan pengetahuan manusianya dan kesiapan sistemnya,” tuturnya. Menurut dia, bukit Marangmang telah ditetapkan sebagai lokasi evakuasi, tidak hanya untuk CAP, tapi juga untuk seluruh perusahaan dan masyarakat yang ada di wilayah sekitar bukit tersebut. (rbn/tnt)
Sumber: