Sebelum Dibunuh, Minta Maaf dan Lunasi Utang
Pagi-pagi, Ustaz Yahya keliling kampung Nanggung. Dari pukul 06.00 WIB hingga 08.00 WIB. Masih memakai sarung, ia membeli nasi uduk di warung Isah (55), langganannya. Tak hanya membeli nasi uduk. Ia juga melunasi utangnya kepada Isah. Besarnya Rp 8 ribu. Sebelum meninggalkan warung itu, Ustaz Yahya juga meminta kepada Isah, untuk dimaafkan segala kesalahan yang pernah dibuatnya. Sejam kemudian, Kampung Nanggung, Desa Pasir Gintung, Jayanti Kabupaten Tangerang, gempar. Ustaz Yahya tewas ditebas golok oleh adik iparnya, Sarjaya, Selasa (2/7). Pelaku kini mendekam di tahanan Polsek Cisoka. Ustaz Yahya tinggal kampung Nanggung. Rumahnya bercat hijau muda. Rumah itu akan direncanakan direnovasi menjadi berlantai dua. Hanya saja belum selesai. Sekitar 60 meter dari rumahnya, adalah rumah Sarjaya, yang telah menikahi Mulyanah, adik kandung Ustaz Yahya. Saat tersiar kabar sang ustaz tewas dibunuh Sarjaya, warga langsung heboh dan marah. Warga paham betul perangai Sarjaya. Zakaria, Ketua RT 004 Kampung Nanggung, tak bisa menahan kesedihannya. Peristiwa pembunuhan sadis yang terjadi pukul 09.00 WIB, akan abadi dalam ingatannya. Baginya, Ustaz Yahya adalah guru spiritualnya. Kerap memberinya wejangan tentang agama Islam. Namun, ada satu peristiwa yang membuatnya sedih sekaligus kaget. Seolah-olah Ustaz Yahya sudah tahu bakal meninggal dunia dengan cara dibunuh. Zakaria bercerita, pagi-pagi Ustaz Yahya datang ke warung Isah untuk membeli nasi uduk. Ia juga menanyakan kepada Isah, berapa utangnya. Isah mengatakan cuma Rp 8 ribu. Isah terkaget-kaget, saat sang ustaz mintaa maaf atas semua kesalahan yang pernah diperbuatnya. “Saya minta maaf, saya ada salah sama ibu,” ujar Ustaz Yahya, seperti ditirukan Zakaria. Lalu Yahya beranjak pergi. Mendatangi kerabat lainnya. Ia pun meminta maaf. Juga kepada tetangga-tetangganya, Ustaz Yahya meminta maaf, serta membayar utang dan menyelesaikan urusan yang belum selesai kepada para pemilik warung langganannya. Yang membuat Zakaria sedih, Ustaz Yahya juga mendatanginya. Kata-kata terakhir dari Ustaz Yahya, ini yang sulit dilupakan Zakaria. “Pak maafin saya. Kalau jadi meninggal karena dibunuh saya ikhlas. Saya nitip yah adik dan keluarga,” kata Ustaz Yahya kepada Zakaria dengan suara tersedu-sedu. Usai dari rumah Zakaria, Ustaz Yahya pulang. Melihat halaman rumah dan langgar tempatnya mengajar ngaji kotor, ia mengambil sapu dan membersihkannya. Sampah ia kumpulkan jadi satu. Lantas, dibakar. Sambil jongkok ia melanjutkan dengan mencabut rumput. Tak disangka-sangka dari arah belakang datang Sarjaya yang menghunus golok. Sarjaya menebas leher Ustaz Yahya. Seketika Ustaz Yahya ambruk dengan leher bercucuran darah. “Saya kehilangan sosok ulama besar di kampung ini,” kata Zakaria dengan mata berlinang. Usai menebas kakak iparnya, Sarjaya berjalan santai. Lantas duduk di kursi depan teras rumahnya. Golok berlumuran darah masih dalam genggamannya. Tak ada penyesalan dimatanya. Polisi pun datang. Golok berhasil dirampas polisi. Warga pun datang dan langsung memukuli Sarjaya. Menggunakan batang kayu hingga tangan kosong. Anehnya, bertubi-tubi dipukuli, tak ada bekas lukanya. Sarjaya diam saja. Malahan masih santai. Tidak melawan. Hingga akhirnya pukulan terhenti, saat Sarjaya masuk mobil polisi. Sarjaya memang menaruh dendam kepada Ustaz Yahya. Pemicunya, keretakan rumahnya tangganya. Sarjaya sudah 5 tahun berumah tangga dengan Mulyanah (50), adik kandung Ustaz Yahya dan dikaruniai dua anak. Enam bulan belakangan, hubungan mereka retak. Mulyanah memilih pisang ranjang, karena sering dipukuli Sarjaya. “Sudah 6 bulan pisah ranjang. Istrinya curhat kalau tidak tahan. Karena suaminya suka memukul,” kata Zakaria. Mulyanah tinggal di rumah di kakak perempuanya, yang juga masih di kampung itu. Beberapa kali Sarjaya meminta Mulyanah untuk kembali. Namun, selalu ditolak. Sarjaya menuduh, Mulyanah tak mau rujuk, karena dilarang Ustaz Yahya. Menurut Zakaria, Sarjaya sudah berkali-kali mengancam akan membunuh Mulyanah dan Ustaz Yahya, sejak April lalu. Sudah 6 kali Sarjaya menemui Ustaz Yahya, meminta restu rujuk. Namun sia-sia. Kata Zakaria, batin Sarjaya tak puas sebelum menghabisi istri dan kakak iparnya. Hanya saja keluarga Mulyanah tak ambil pusing. Peringai pendiam serta sering berbohong Sarjaya tak dianggap serius. Saat ini pelaku sudah mendekam di penjara. Ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kata Zakaria malam harinya Sarjaya mendatangi rumah guru spiritualnya. Meminta restu hendak membunuh. Ia dihadiahi jimat. Namun golok dibelinya saat perjalanan pulang. (mg-10)
Sumber: