Jelang Indonesia Open 2019, Energi Positif dari Suporter
INDONESIA Open 2019 akan digelar 16-21 Juli mendatang. Tahun lalu tuan rumah berhasil memperoleh dua gelar yang dipersembahkan ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo dan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. PP PBSI bertekad mempertahankan prestasi itu. Setiap sektor punya waktu yang lebih panjang untuk mempersiapkan diri mengikuti turnamen super 1000 tersebut. Kurang lebih ada satu bulan yang bisa dimanfaatkan untuk memoles para pemain untuk menghadapi kejuaraan yang akan diselenggarakan di Istora Senayan, komplek Gelora Bung Karno, Jakarta. Seperti biasa ganda putra jadi tumpuan utama. Adanya tiga pasangan yang berada di top 10 dunia jadi alasan. Selain Marcus/Kevin, masih ada pasangan senior Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Pada edisi 2018, dua pasangan tersebut kandas di tangan Minions. The Daddies kalah dalam rubber game di putaran 32 besar, sementara Fajri tidak mampu berkutik dalam straight game melawan Minions di semifinal. Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi tidak keberatan jika para pemainnya ditargetkan untuk merebut gelar juara lagi. Euforia badminton lovers dipercaya bakal jadi pemantik semangat bagi para atlet untuk memberikan yang terbaik. “Suporternya satu gedung, jadi seperti mentransfer energi positif. Harapannya bisa all Indonesian final, tapi kenyataan di lapangan tunggu saja,” kata pelatih yang dijuluki Naga Api itu. Turnamen tahun ini akan menjadi salah satu agenda penting untuk mengukuhkan ranking para pemain. Terutama, karena Indonesia Open masuk hitungan kualifikasi olimpiade. Mau tidak mau Marcus/Kevin harus bisa menyamai capaian tahun lalu, setidaknya tembus final. Sementara, Fajar/Rian tidak boleh terhenti sebelum semifinal supaya poin mereka tidak terpotong. Sedangkan, dengan berada di peringkat keempat dunia saat ini Ahsan/Hendra bisa terhindar dari pertemuan lebih awal dengan kompatriot. Juara All England 2019 itu punya kans untuk melangkah lebih jauh. “Pastinya persaingan akan jadi lebih ketat, karena masa persiapan lebih panjang juga. Semua pemain yang ikut Indonesia Open punya persiapan yang cukup, dari segi tenaga dan pikiran pasti lebih fresh,” tutur Herry. Saat ini fokus tim pelatih adalah menggodok strategi supaya tidak kalah ketika beradu dengan negara lain. Terlebih dengan persaingan di ganda campuran sangat ramai. Ganda Jepang Takeshi Kamura/Keigo Sonoda punya tipe permainan yang gigih dan ulet. Atau juara dunia 2018 Li Junhui/Liu Yuchen yang menang postur tingginya. Tetapi pemain Indonesia sendiri selalu menunjukkan tren yang bagus ketika bermain di kandang sendiri. Itulah yang diharapkan bisa ditampilkan Juli nanti. Setelah kekalahan di All England lalu, Minions sendiri sudah mulai bangkit. Rasanya tidak perlu menaruh kekhawatiran yang mendalam, karena mereka mulai on fire lagi. Begitu pula dengan The Daddies yang makin umur bukan makin melemah, tapi masih bisa menunjukkan eksistensinya. Permasalahannya adalah pada Fajri yang performanya semakin mengkhawatirkan. Herry sendiri sedang berupaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pasangan peringkat enam itu. (jpg/apw)
Sumber: