Tak Ditemukan Zat Berbahaya pada Ikan Pindang

Tak Ditemukan Zat Berbahaya pada Ikan Pindang

SERANG-Hasil uhi laboratorium kimia atas sampel ikan pindang menunjukkan tak ditemukan zat berbahaya pada ikan pindang. Pengujian itu dilakukan untuk mengetahui penyebab keracunan puluhan warga Desa Sangiang dan Ciwarna, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang setelah makan ikan pindang. Kepala Puskesmas Mancak, Drg. Yatni mengatakan bahwa sebelumnya pihaknya telah mengumpulkan sejumlah sempel untuk diuji di laboratorium. Pihaknya telah menguji yang diduga mengandung zat berbahaya yaitu formalin, sianida, dan peroksida. "Hasil lab kimia sudah keluar, hasilnya aman, tidak ditemukan tiga zat parameter yang kami periksa, tinggal menunggu hasil lab mikro biologi 7 sampai dengan 10 hari ke depan," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon seluler, Jumat (21/6). Sementara untuk jumlah korban keracunan, Yatni menuturkan pihaknya kembali menerima satu pasien di Puskesmas Mancak, karena mulai Jumat pihaknya telah menutup posko untuk menerima korban keracunan. "Satu orang datang ke puskesmas karena waktu itu posko kita sudah tutup waktu pukul 11.00 WIB. Kemudian untuk selanjutnya apabila ada keluhan pasien kami arahkan ke puskesmas," ujarnya. Namun untuk korban yang dirawat di posko, ia mengaku sudah dipulangkan ke rumah masing-masing karena kondisi yang dianggap sudah lebih baik dan layak menjalani pemulihan di rumahnya. "Insya Allah semuanya sudah membaik dan sudah dipulangkan, kecuali yang di RSUD Kabupaten Serang (Rumah Sakit Umum Daerah Dradjat Prawiranegara Kabupaten Serang)," ujarnya. Terkait pasien yang dirawat di RSUD Dradjat, berdasarkan pantauan wartawan Banten Ekspres, Jumat siang, sejumlah korban sudah lebih baik. Namun ada juga pasien yang masih diare. Keluarga korban keracunan, Marfudin (30) mengatakan bahwa pihaknya bersama keluarga enam orang, termasuk kedua orangtuanya menjadi korban keracunan yang diduga dari ikan pindang tersebut. Hal itu dirasakan setelah mengalami gejala yang sama, mulai dari sakit kepala, sakit pinggang dan paha, perut mual, hingga mencret-mencret. "Ikannya itu sudah dalam kondisi siap makan, jadi tidak kita masak lagi, bahkan rasanya lebih enak mungkin karena efek setelah Ramadan saja. Awalnya makan hari Senin efeknya belum terasa, tapi malamnya baru terasa dari sakit perut dulu, bahkan kondisi parahnya sampai tidak bisa berdiri akibat lemas," katanya saat ditemui di RSUD Dradjat. Meski demikian, dirinya tidak sampai dirujuk ke RSUD Dradjat. Namun kedua orangtuanya terpaksa dirawar karena dalam kondisi yang cukup parah. "Kondisinya kalau Ibu (Anjar) sudah mendingan, tapi kalau Abah (Sohari) masih mencret-mencret tapi pusingnya sudah mendingan," ungkapnya. Ia mengungkapkan dirinya tidak menyangka akan keracuna dari ikan pindang, padahal pedagangnya sudah belasan tahun berjualan. "Pak Sarman, yang jualan orang Cinangka, memang sudah lama berjualan dan belum pernah terjadi kaya gini, mungkin ini juga tidak ada faktor kesengajaan," paparnya. Sebelumnya telah dilakukan investigasi oleh Puskesmas Mancak, Rabu (19/6), jumlah korban keracunan yang diduga akibat mengkonsumsi ikan pindang terus bertambah. Semula jumlah korban 43 orang, pada Kamis (20/6) bertambah 32 orang sehingga mnejadi 75 orang. Dari jumlah itu, enam orang diantaranya dirujuk ke RSUD Dradjat guna mendapatkan pengobatan lebih lanjut. (mam/tnt)

Sumber: