Anak WH Gagal, Anak Atut Lolos Lagi, Bapak-Anak Melaju ke DPR dari Parpol Berbeda
SERANG-Komisi Pemilihan Umum (KPU) Banten telah merampungkan pleno rekapitulasi untuk pemilihan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Proses rekapitulasi yang cukup alot akhirnya berakhir pada, Senin (13/5). Untuk kursi DPD, Banten mendapat kuota 4 wakil. Berdasarkan hasil rekapitulasi, terdapat 4 nama yang melenggang ke DPD. Yaitu Andiara Aprilia Hikmat (petahana), Habib Ali Alwi (petahana), Abdi Sumaithi (anggota DPD 2009-2014) dan Tb. Ali Ridho Azhari. Berdasarkan hasil rekapitulasi, putri mantan Gubernur Banten Ratu Atu Chosiyah, Andiara unggul telak dari pesaingnya berdasarkan hasil penghitungan di 8 kabupaten/kota di Banten. Istri Wakil Bupati Pandeglang ini, mendapatkan suara tertinggi, 1.187.788 pemilih, atau meningkat 283.367 dari perolehan suara pada Pemilu 2014 yang meraih 904.421. Disusul Habib Ali Alwi yang meraup 547.962 suara atau meningkat 151.029 dibanding Pemilu 2014 yang meraih 396.933. Urutan ketiga adalah, Abdi Sumaithi 364.044 dan keempat Tb. Ali Ridho Azhari 349.450. Sementara, anak Gubernur Banten Wahidin Halim (WH), M. Fadhlin Akbar, gagal merebut kursi DPD. Ia hanya menempati posisi ke 9 dari 26 calon DPD asal Banten. Fadhlin yang tahun ini mencoba peruntungan dengan mencalonkan diri sebagai anggota DPD mendapatkan nomor urut 36, harus puas dengan perolehan suara sebanyak 230.918. Sementara, berdasarkan data yang diperoleh dari KPU Banten, 22 kursi yang diperebutkan para caleg DPR RI asal Banten banyak memunculkan kejutan. Kejutan paling mencolok terjadi di dapil 1 Banten (Kabupaten Pandeglang-Lebak) dan dapil 3 (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangsel). Para petahana yang mencoba mempertahankan kursi DPR, banyak berguguran dan digantikan oleh para caleg pendatang baru. Di dapil Banten 1 misalnya, bapak dan anak berhasil mendapatkan jatah kursi di DPR RI dari partai politik berbeda. Rizki Aulia Rahman Natakusumah dan ayahnya, Dimyati Natakusumah. Rizki melenggang ke Senayan dengan bendara Partai Demokrat, sementara Dimyati (mantan Bupati Pandeglang dua periode) dari PKS. Rizki yang mendulang 56.123 suara, berhasil menumbangkan petahana Vivi Sumantri Jayabaya di dapil Banten 1 yang mendulang 53.446 suara. Meskipun baru, Rizki bagi warga Pandeglang bukanlah orang asing. Sebab, dia merupakan putra dari Dimyati Natakusumah, suami Bupati Pandeglang Irna Narulita. Satu kursi DPR RI dapil Banten 1 dipastikan akan diisi oleh ayahnya, Dimyati Natakusumah, yang tahun ini loncat partai dari PPP ke PKS, berhasil mencatatkan suara caleg 67.150. Masih di dapil 1, persaingan terjadi di internal Partai Gerindra. Caleg petahana, Anda, harus terlempar dan digantikan oleh Wakil Ketua DPRD Banten Ali Zamroni. Ali Zamroni berhasil melenggang ke DPR RI dengan perolehan 56.792 suara, dan unggul tipis dari Anda hanya memperoleh 50.140 suara. Sementara, 3 kursi lainnya di dapil 1, diisi masing-masing oleh petahana dari PDI Perjuangan Hasbi Asyidiki Jayabaya dengan 40.181 suara. Pendatang baru dari Golkar, istri Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, Adde Rosi Khaorunnisa mengumpulkan suara paling tinggi, 72.461 dan Iif Miftahul Khoir dari PPP dengan 49.993 suara. Dominasi wajah baru juga terjadi di dapil 3 Banten Tangerang Raya. Tercatat, hanya ada 4 petahana yang berhasil mempertahankan kursinya di Senayan. Mereka adalah Sufmi Dasco Ahmad dari Partai Gerindra dengan raihan 99.002 suara, Marinus Gea dari PDI Perjuangan dengan 41.471 suara, Andi Achmad Dara dari Partai Golkar dengan 84.111 suara dan Ali Taher dari PAN dengan 71.945 suara. Sedangkan 6 kursi sisanya, berhasil direbut oleh para tokoh lokal baru yang meramaikan bursa persaingan menuju Senayan. Di antaranya dua kursi diperolah PDI Perjuangan yaitu Rano Karno dengan 274.294 suara dan Ananta Wahana 26.662 suara. Lalu, mantan politisi Partai Hanura yang sekarang berlabuh ke PKB, Rano Alfath dengan 83.416 suara. Martina dari Partai Gerindra dengan perolehan 28.539 suara. Selanjutnya, Mulyanto dari PKS dengan 74.772 suara dan Zulfikar dari Partai Demokrat dengan 60.064 suara. Pengamat politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Leo Agustino mengatakan, kejutan sejumlah wajah baru yang berhasil menggeser kursi petahana di Senayan, terjadi karena sejumlah faktor. Salah satunya, kuatnya efek ketokohan dari para caleg penantang yang sudah tentu telah memiliki basis jaringan yang besar di wilayah dapilnya tersebut. “Contohnya persaingan di Partai Demokrat. Vivi yang menjadi petahana, harus tersingkir sama putranya Pak Dimyati. Warga Pandeglang tentu sudah tidak asing lagi dengan nama itu, hingga akhirnya memberikan keuntungan untuk Rizki ketika turun mencari suara di masyarakat,” kata Leo saat dihubungi lewat telepon, Senin (13/5). Selain faktor ketokohan, persaingan antar kubu keluarga di dapil Pandeglang-Lebak ini, juga menimbulkan indikasi adanya pengerahan pemilih melalui pola vote buying atau jual beli suara. Indikasi itu diperkuat, lantaran salah satu persaingan yang terjadi di internal Partai Demokrat di dapil 1 Banten, melibatkan dua keluarga yang saat ini sama-sama menguasi wilayah Kabupaten Pandeglang dan Lebak. Vivi merupakan petahana, didukung oleh keluarga mantan Bupati Lebak, Jayabaya yang saat ini menempatkan sepupunya, Iti Oktavia Jayabaya sebagai Bupati Lebak. Sementara di kubu Rizki, tentu akan disokong oleh ibunya Irna Narulita, yang saat ini berstatus sebagai Bupati Pandeglang. “Fenomena ini sudah saya temukan saat saya bersama peneliti yang lain melakukan survei di beberapa daerah lain yang persaingan antar keluaganya sangat kuat. Jadi, tidak menutup kemungkinan kasus ini juga bisa terjadi di Banten, khususnya dapil 1 itu,” ujar Leo. Di dapil 3 Tangerang Raya, Leo menganggap banyaknya wajah baru yang mendominasi kursi di Senayan, lantaran mereka merupakan tokoh politik yang sudah memiliki elektabilitas kuat di tingkatan lokal. Sehingga, saat mencoba peruntungan dengan naik tingkat ke persaingan caleg DPR RI, para pendatang baru tersebut sudah memiliki modal dan pengalaman yang kuat untuk bersaingan dengan para petahana. “Di dapil 3 kan ada Rano Karno. Nama ini sudah tentu sangat popular di kalangan masyarakat. Nama-nama yang lain juga tidak jauh beda. Mereka minimalnya sudah punya modal politik di daerah sehingga masyarakat juga tidak asing lagi,” tuturnya. Sementara, di dapil 2 Banten yang meliputi Kota/Kabupaten Serang dan Kota Cilegon, Leo beranggapan bahwa kekuatan petahana masih belum mampu digoyang oleh para caleg baru. Tercatat, di dapil ini hanya mantan Walikota Serang Tb. Haerul Jaman dari Partai Golkar yang bisa menggeser petahana dengan raihan 76.147 suara. Disusul Wakil Ketua DPRD Banten Nuraeni dari Partai Demokrat dengan 52.065 suara, dan Jajuli Juwaeni dari PKS dengan 68.538 suara. Sedangkan jatah kursi sisanya, tetap didominasi oleh caleg petahana seperti politisi Partai Gerindra Desmon J Mahesa dengan raihan 103.837 suara. Politisi PDI Perjuangan Ichsan Soelistio dengan 25.651 suara dan politisi PAN Yandri Susanto dengan 62.509 suara. “Memang agak sulit untuk bersaing di dapil ini. Selain dapil neraka, caleg yang maju juga merupakan andalan di masing-masing partainya,” kata Leo. Ketua KPU Banten Wahyul Furqon mengatakan, hasil pleno rekapitulasi ini akan diserahkan ke KPU RI untuk diplenokan kembali di tingkat pusat. Meskipun sudah dapat dipastikan gambaran komposisi untuk 22 kursi DPR RI dari Banten, namun kata Wahyul, hasil rekapitulasi ini perlu menunggu keputusan penetapan terlebih dahulu dari KPU RI. “Dalam beberapa hari ke depan kita akan melaksanakan pleno di KPU RI. Yang jelas, alhamdulillah pleno rekapitulasi di tingkat Provinsi Banten saat ini sudah diselesaikan,” katanya.(tb)
Sumber: