Masuki Musim Kemarau, Waspada Karhutla
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau sudah terjadi di bulan April. Diprediksi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) akan terjadi mengingat pada bulan ini cenderung lebih kering. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun sudah bersiap akan hal ini. Kepala Bidang Analisis Variabilotas Iklim BMKG Indra Gustari memyatakan, kemarau dimulai pada April. Nusa Tenggara dan Sumatera merupakan wilayah yang lebih awal mengalami kemarau. "Puncak musim kemarau terjadi Agustus, tuturnya. Masa transisi musim dari penghujan menuju kemarau tersebut ditandai dengan fenomena musim pancaroba dengan ciri-ciri di antaranya terjadi perubahan cuaca ekstrem, dari terik menjadi hujan lebat, angin kencang hingga suhu yang berubah-ubah. Kendati demikian, tidak semua wilayah mengalami perubahan musim kemarau secara bersamaan. Kebakaran hutan menjadi bencana yang diantisipasi saat kemarau datang. Menurut pemetaan BMKG, daerah Riau dan Kalimantan merupakan daerah rawan titik api. Hal tersebut dikarenakan banyaknya lahan gambut di wilayah tersebut. Menurut data yang dihimpun BNPB perluasan kebakaran hutan dan lahan mencapai 2.830 hektar per 1 Januari - 28 Maret 2019. Adapun kasus terbesar dalam karhutla tersebut adalah meluasnya kebakaran lahan gambut yang berada di 12 kota/kabupaten di Provinsi Riau. "Wilayah terluas adalah di Bengkalis, dengan total area terbakar hingga 1.277,8 hektare," ujar Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho, kemarin (31/3). BNPB beserta instansi lain, menurut Sutopo, telah melakukan beberapa antisipasi. Antara lain menyiapkan 12 helikopter dan pesawat untuk melakukan hujan buatan. "Total 36,8 ton NaCl untuk ditabur di awan yang potensial hujan," ucapnya. Yang perlu diwaspadai adalah munculnya titik api pada lahan gambut yang sudah dilakukan pembasajan. Sebab ketebalan gambut mencapai 36 meter. Di dalam tumpukan gambut diduga masih ada bara api. Di sisi lain, sumber air juga sulit. "Terik matahari dan kencangnya angin juga mempengaruhi munculnya titik-titik api pascapemadaman," ucapnya. Tanda-tanda Karhutla sebenarnya sudah terlihat sejak sepekan terakhir. Seperi peristiwa yang terjadi di Kota Dumai. Asap pekat sebagai dampak kebakaran hutan dan lahan yang melanda sejumlah titik di wilayah pesisir Provinsi Riau. Berdasarkan data yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru, Jumat pagi, jarak pandang di kota pelabuhan tersebut hanya berkisar tiga "Jarak pandang di Kota Dumai tiga kilometer akibat asap," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sukisno. BMKG menyatakan berdasarkan pencitraan satelit Terra dan Aqua Jumat pukul 06.00 WIB terdeteksi tiga titik api atau indikasi kuat Karhutla dengan tingkat kepercayaan di atas 70 hingga 100 persen. Dari tiga titik api, dua di antaranya terdeteksi di kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Wilayah itu secara geografis berdekatan dengan Kota Dumai. Sementara satu titik api terdeteksi di Kabupaten Indragiri Hilir. Hingga pekan terakhir Maret ini, Karhutla di Provinsi Riau terus meluas. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, luas Karhutla di Riau mencapai lebih dari 2.800 hektare yang terjadi di seluruh 12 kabupaten dan kota. Kepala Pelaksana BPBD Riau, Edwar Sanger mengatakan dari total 2.800 hektare lahan terbakar, mayoritas terjadi di Kabupaten Bengkalis. Di wilayah pesisir Riau tersebut, tercatat luas lahan terbakar mencapai 1.300 hektare. Hampir setiap kecamatan di Kabupaten Bengkalis dilanda kebakaran sepanjang awal 2019 ini. Namun, kebakaran terparah tercatat di Pulau Rupat, Bengkalis. Pulau yang mayoritas berkontur gambut tersebut sepanjang Februari kemarin terbakar hebat dan menyebabkan asap tebal hingga meluas ke Kota Dumai. Selain Bengkalis, kebakaran juga terjadi di tiga wilayah lainnya di pesisir timur Provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Di antaranya Rokan Hilir dengan luas 407 hektare, Meranti 222,4 hektare serta Dumai 192,25 hektare. Lebih jauh, Edwar merincikan kebakaran juga terpantau meluas di Kabupaten Siak yang mencapai 314,5 hektare, Indragiri Hilir 107,1 hektare serta Indragiri Hulu 64,5 hektare. Selanjutnya, di Pekanbaru tercatat 37,75 hektare lahan terbakar, Kampar 26,6 hektare, Rokan Hulu dua hektare, dan Kuantan Singingi lima hektare.(rls/ful/fin)
Sumber: