Neraca Dagang Surplus Rp 4,7 T
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca dagang Indonesia pada Februari 2019 surplus USD 330 juta atau sekitar Rp 4,7 triliun. Hal itu disebabkan nilai impor tercatat USD 12,2 miliar atau sekitar sekitar Rp 174 triliun. Sementara itu, nilai ekspornya mencapai USD 12,53 miliar atau sekitar Rp 178,7 triliun. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, sebenarnya nilai ekspor turun. Februari lalu nilai ekspor turun 10,05 persen jika dibandingkan dengan nilai ekspor bulan sebelumnya. ”Siklus tahunan,” kata Suhariyanto. Menurut dia, tiap kuartal pertama, nilai ekspor memang biasanya turun. Salah satu penyebabnya adalah turunnya harga komoditas. Sejauh ini komoditas alam masih menjadi andalan ekspor Indonesia. Karena itu, saat terjadi pergolakan harga komoditas, ekspor pun terganggu. ”Tantangan 2019 memang tidak gampang. Baik perekonomian global maupun harga komoditas masih bergejolak,” kata Suhariyanto. Di sisi lain, impor pada Februari yang senilai USD 12,2 miliar atau sekitar Rp 174 triliun. Angka itu turun 18,61 persen dari bulan sebelumnya. Bahan baku, barang modal, maupun barang konsumsi mengalami penurunan impor. Suhariyanto mengatakan, neraca dagang Indonesia surplus ke beberapa negara. Di antaranya, AS, India, dan Belanda. Namun, perdagangan dengan Tiongkok, Jepang, dan Thailand masih defisit. Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah harus bekerja lebih keras untuk mengupayakan pertumbuhan ekspor. ”Masih perlu kerja keras untuk membuat neraca dagang dan transaksi berjalan konsisten lebih baik,” ucap Darmin. Mantan gubernur Bank Indonesia (BI) itu juga menyoroti impor yang turun drastis. Padahal, pemerintah sudah mendorong penekanan dan substitusi impor lewat beragam kebijakan. ”Kami tidak hanya fokus ke ekspor, tetapi juga pertumbuhan. Jadi, kami jaga agar impornya tidak terlalu merosot,” tambah Darmin. (jpg)
Sumber: