Neraca Pembayaran Masih Defisit

Neraca Pembayaran Masih Defisit

JAKARTA -- Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal empat (Q4) tahun 2018 mengalami surplus. Namun, secara keseluruhan tahun, NPI defisit 7,1 miliar dolar AS. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Yati Kurniati mengatakan, surplus kuartal IV ditopang peningkatan surplus transaksi modal dan finansial. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2018 meningkat menjadi 120,7 miliar dolar AS. "Memang menurun, dari tahun sebelumnya 2017 sebesar 130,2 miliar dolar AS, tapi ini meningkat dari akhir triwulan III 2018 yang anjlok sangat rendah," kata dia di kompleks Bank Indonesia, Jumat (8/2). Cadev akhir Desember 2018 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor. Surplus transaksi modal dan finansial pada kuarta IV 2018 meningkat signifikan sebagai cerminan kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian domestik. Yati mengatakan surplus transaksi modal dan finansial tercatat sebesar 15,7 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan surplus pada kuartal sebelumnya sebesar 3,9 miliar dolar AS. Peningkatan tersebut terutama didukung oleh membaiknya kinerja investasi portofolio, seiring meningkatnya aliran masuk dana asing pada aset keuangan domestik. Peningkatan surplus tersebut berasal dari penerbitan obligasi global oleh pemerintah dan korporasi. Defisit neraca transaksi berjalan pada Q4 2018 meningkat menjadi sebesar 9,1 miliar dolar AS atau 3,57 persen dari PDB, ini lebih tinggi dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya sebesar 8,6 miliar dolar AS atau 3,28 persen PDB. "Ini dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang nonmigas, impor masih tinggi, permintaan domestik masih kuat namun kinerja ekspor terbatas," kata dia. Secara total NPI, kinerja neraca pendapatan primer dan neraca jasa tercatat lebih baik sehingga dapat membantu mengurangi kenaikan defisit. Perbaikan neraca pendapatan primer terutama ditopang pembayaran bunga surat utang pemerintah yang lebih rendah, dan kenaikan surplus jasa perjalanan. Ini antara lain didukung oleh penyelenggaraan Asian Para Games di Jakarta dan Pertemuan Tahunan IMF-World Bank di Bali. Perkembangan NPI pada 2018 secara keseluruhan tahun 2018 menunjukkan ketahanan sektor eksternal yang tetap terkendali. Sementara itu Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan solusi memperkuat NPI ada di perbaikan defisit transaksi berjalan dengan dorong kinerja ekspor dan kendalikan impor. "Surplus di transaksi modal dan finansial yang didorong oleh inflow modal asing jangka pendek sebenarnya rentan," kata dia seperti dikutip Republika.co.id, Jumat (8/2). Ketika kondisi ekonomi terpapar perlambatan, maka dana asing itu berisiko keluar lagi. Selain itu pemerintah harus memberikan insentif agar dana asing yang sudah masuk tidak repatriasi keluar lagi. Kuncinya, kata Bhima, mendorong dana jangka pendek ke Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung jangka panjang. Pariwisata dinilai sebagai salah satu sumbangsih perbaikan pada neraca jasa. Target wisatawan mancanegara di 2018 sebesar 17 juta orang. Realisasi 2018 hanya 15.8 juta orang atau tumbuh 12,58 persen. Meski potensi pariwisata di Indonesia cukup besar, ada beberapa faktor seperti bencana alam, pemilu serentak, volatilitas kurs dan kondisi pelemahan ekonomi global menjadi tantangan arus wisman ke indonesia. Jepang yang menjadi salah satu negara penyumbang wisman mengalami resesi ekonomi. Imbasnya pertumbuhan wisman asal jepang turun 7,52 persen sepanjang 2018. Kesimpulanya, kata Bhima pariwisata tahun 2019 masih sulit dongkrak NPI. Secara umum, defisit NPI 7,1 miliar dolar AS trennya memburuk dari tahun-tahun sebelumnya. Bhima menambahkan implikasinya pada kebutuhan valas semakin meningkat dan bisa menekan kurs rupiah.(rep)

Sumber: