Jelang MotoGP 2019, Meredam Konflik Tim Terkuat

Jelang MotoGP 2019, Meredam Konflik Tim Terkuat

TANGAN dingin Alberto Puiq mempertemukan Marc Marquez dan Jorge Lorenzo di dalam satu tim. Penyatuan keduanya menjadikan Repsol Honda tim terkuat yang pernah ada dalam sejarah MotoGP dan kelas 500 cc. Di saat yang sama tantangan besar sudab siap menghadang di depan. Menjadi tim terkuat sepanjang sejarah karena Marquez dan Lorenzo adalah penguasa MotoGP di tujuh musim terakhir secara beruntun. Marquez menjuarai lima musim, sementara Lorenzo dua musim. Pasangan ini, tulis jurnalis senior MotoGP Mat Oxley, lebih kuat dari duet Giacomo Agostini-Mike Hailwood, Wayne Rainey-Eddie Lawson, atau Valentino Rossi-Lorenzo di Movistar Yamaha. Statistik rekor keduanya sudah bikin keder lawan. Belum lagi mereka kini berada di dalam tim terbaik MotoGP saat ini. Repsol Honda menjuarai tujuh gelar konstruktor dari delapan musim terakhir. Sebuah kombinasi sempurna yang tak dimiliki tim manapun di kelas premium saat ini. RC213V dan Marquez sudah sehati sejak kali pertama dikawinkan pada 2013. Tidak ada yang meragukan itu. Di garasi sebelah ada Lorenzo yang sejauh ini menjadi satu-satunya pembalap aktif yang mampu mengalahkan Marquez dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP. Itu terjadi pada 2016 ketika rider Majorca itu masih menggeber Yamaha. Tapi, selalu ada celah di setiap kesempurnaan. Ketika ekspektasi dari fans Honda dan MotoGP terhadap tim ini tengah membuncah, si duet maut malah tak bisa tampil 100 persen mengawali musim 2019. Marquez masih berkutat dengan progran pemulihan pasca operasi pundak kirinya Desember lalu. Pada peluncuran tim 23 Januari lalu, the Baby Alien mengaku bahwa operasi dan cedera yang dialaminya ternyata lebih rumit dari yang diperkirakan sebelumnya. Tapi operasi itu memang tak bisa ditunda lagi. Karena musim lalu juara dunia tujuh kali di semua kelas itu sudah berkali-kali mengalami dislokasi di bahu kirinya, tapi dibiarkan begitu saja. Dan, itu sangat mengganggu. Setali tiga uang, Lorenzo juga tak bisa 100 persen memulai musim 2019. Juara tiga kali MotoGP itu dipastikan tak bisa turun di tes pramusim perdana di Sepang, Malaysia mulai hari ini akibat cedera yang didapatnya saat berlatih motor trail Desember lalu. Dia baru diproyeksikan tampil di tes kedua Qatar. Marquez memang direncanakan sudah bisa turun di Sepang. Tapi dia mengakui bahwa kondisinya masih jauh dari ideal. Tentu ini kerugian besar bagi Repsol Honda. Di saat pebalap lain bisa memanfaatkan waktu jeda musim dingin untuk berlatih fisik secara maksimal agar bisa tampil fit saat mengarungi musim yang super ketat, dua rider Honda itu malah harus menghabiskan waktunya di meja operasi. Padahal untuk bisa tampil konsisten cepat selama 45 menit balapan seorang rider butuh kekuatan fisik optimal. Masalah tak berhenti di situ. Repsol Honda kini bisa dibilang memelihara dua singa yang sama ganasnya di dalam satu kandang. Memanajemen dua pembalap berstatus juara dunia dalam satu tim bukan urusan remeh. Mereka punya formula sendiri-sendiri dalam meramu motor juara. Yang bisa jadi sangat bertolak belakang. Risiko terpantiknya konflik internal yang berlarut-larut sangat besar. Apalagi tim ini tak memiliki pengalaman menghadapi konflik antar pembalapnya. Tandem Marquez sebelumnya Danie Pedrosa, yang berkarakter adem ayem, membuat suasana tim nyaris nir konflik. Berbanding terbalik dengan track record konflik Lorenzo yang begitu panjang. Bahkan sejak kali pertama menjejakkan kakinya di kelas premium. Di Yamaha dia berkonflik sengit dengan Valentino Rossi. Sementara dua musim di Ducati Lorenzo bersitegang dengan Andrea Dovizioso. Banyak fans Repsol Honda yang berusaha menghibur diri dengan mengatakan bahwa sejauh ini Lorenzo selalu berkonflik dengan rider Italia. Di Honda, dengan rekan setim sesama pembalap Spanyol konflik bisa diminimalkan. Ah, bisa jadi begitu. Tapi bisa jadi tidak. Semua pebalap MotoGP bertarung demi prestasi pribadinya. Demi rekor individu. Demi sponsor yang mendukungnya. Yang ada dalam benak mereka adalah mengalahkan siapapun dengan cara apapun (dalam arti positif). Tidak akan ada romantisme perkawanan atau persahabatan di lintasan. Maka, dengan status tim terkuat sepanjang sejarah MotoGP, Honda kini dihadapkan dengan tantangan yang jauh lebih berat dari sebelumnya. Selain harus menghadang serangan dari Ducati, Yamaha, atau bahkan Suzuki, mereka juga wajib meredam potensi konflik internal antara Marquez dan Lorenzo. Bisa jadi yang kedualah yang bakal lebih menguji soliditas tim ini ke depan. (jpg/apw).

Sumber: