Tak Boleh Tepuk Tangan

Tak Boleh Tepuk Tangan

JAKARTA – Persiapan debat tidak hanya dilakukan oleh para kandidat. KPU sebagai penyelenggara juga bersiap-siap. Terlebih, debat kali ini akan menjadi tolok ukur penyelenggaraan debat selanjutnya. Yang jelas, dari sisi materi debat, persiapan sudah 100 persen. Tinggal menyiapkan hal-hal sekunder untuk menunjang pelaksanaan debat tersebut. Pantauan Jawa Pos di lokasi debat di menara Bidakara, Jakarta, kemarin (16/1), siang persiapan show debat masih terus berlangsung. Panggung debat telah berdiri di ballroom seluas 45x45 meter dan tinggal dihias. Panggung tersebut memiliki lebar sekitar 27-28 meter, dan memanjang ke belakang sekitar 17,5 meter. Tinggi panggung sekitar setengah meter dari lantai ruangan. Di belakang podium masing-masing paslon, terdapat tribun berkapasitas 50 orang. Tribun itu akan diisi oleh pendukung paslon. Sementara, 50 pendukung lainnya akan ditempatkan di sisi kiri dan kanan audiens. Ada 300 audiens non partisan yang diundang KPU untuk menyaksikan langsung jalannya debat. Di bagian belakang panggung di antara dua paslon terdapat layar berukuran 6x3 meter. Di saat bersamaan, peralatan siaran langsung hasil kerjasama TVRI, Kompas TV, RTV, dan RRI juga dipasang. Berpeti-peti peralatan siaran langsung sudah ditumpuk di dalam ruang debat, siap untuk dipasang dan ditata. Termasuk di dalamnya katrol besar untuk mengarahkan kamera televisi ke penjuru ruangan. Kursi-kursi undangan masih ditumpuk, dan baru akan ditata di bagian akhir. Menjelang sore, sejumlah personel paspampres datang dan mulai memeriksa sejumlah tempat. Mereka akan mengamankan area ring 1, yakni ballroom tempat pelaksanaan debat. Juga, mengamankan kedatangan paslon maupun Wapres dan para pemimpin terdahulu. Para personel kepolisian juga terlihat berseliweran memetakan pengamanan di sekitar lokasi debat. Komisioner KPU Wahyu Setiawan menjelaskan, seluruh komisioner KPU plus sekjen akan kompak mengenakan seragam khusus. ’’Kami akan memakai batik dari Kalimantan Selatan, motif sasirangan dengan warna cokelat,’’ ujarnya di KPU kemarin. Sementara, audiens juga diminta mengenakan batik agar berbeda dengan penampilan paslon dan para pendukungnya. Sebagaimana kesepakatan sebelumnya, masing-masing paslon hanya mendapat jatah 100 pendukung yang diizinkan masuk ke dalam ruang debat. Nama-nama mereka sudah diterima KPU tadi malam. Di luar nama-nama tersebut, tidak ada akses untuk masuk. Pendukung lainnya disediakan lokasi nonton bareng di sekitar kompleks Menara Bidakara. Para pendukung yang mendapatkan akses masuk harus mematuhi aturan. Yang utama, tentu saja mereka tidak boleh membawa alat peraga kampanye. Kecuali berupa kaus atau seragam yang dipakai di badan. ’’Kami akan siapkan kipas untuk pendukung. Di satu sisi ada foto paslon, di sisi sebaliknya nomor urut paslon,’’ lanjut Wahyu. Kemudian, mereka juga harus tertib. Tidak boleh misalnya bertepuk tangan, apalagi sampai menyanyikan yel-yel dukungan. ’’Sorak sorai, tepuk, tangan, yel-yel itu dpersilakan tapi hanya saat off air,’’ tutur pria kelahiran Banjarnegara, Jateng, itu. Selebihnya, pendukung harus tenang. Bila pendukung tidak bisa tenang, tutur Wahyu, justru akan merugikan paslon jagoannya sendiri. sebab, suara paslon akan tenggelam dalam suara yang dibuat para pendukung. Alhasil, penonton televisi dan pendengar radio tidak akan bisa mendengar paparan yang disampaikan paslon. Untuk audiens yang berasal dari berbagai tokoh masyarakat, pihaknya mengharapkan mereka membawa serta undangan yang telah dikirimkan KPU. ’’Undangannya nanti pukul 19.00, tapi on air debatnya pukul 20.00,’’ tambah Wahyu. Sehingga, ada jeda yang cukup untuk menyambut kedatangan paslon. Secara khusus, KPU tidak akan banyak terlibat dalam pelaksanaan debat nanti malam. Saat itu, bintang utamanya adalah kedua paslon dan moderator. Panelis pun datang sebagai undangan. Sesi KPU hanya ada satu, yakni saat Ketua KPU Arief Budiman menyampaikan sambutan di awal pelaksanaan debat. Rencananya, pagi ini KPU akan melaksanakan gladi resik untuk debat nanti malam. Sementara, kedua moderator masih enggan bicara soal outfit yang akan mereka kenakan pada sesi debat kali ini. Imam Priyono mengaku angkat tangan dalam hal persiapan pakaian. ’’Fashion policy-nya mbak Ira (Koesno),’’ ujar Jurnalis senior TVRI itu. Senada, Ira Koesno juga masih belum bersedia bicara mengenai penampilannya pada debat malam nanti. Yang jelas, dia akan menghindari warna yang bisa diidentikan dengan peserta pemilu. ’’Kita lihat saja nanti. Kalau dibilangin sekarang nggak jadi kejutan,’’ ucapnya saat dikonfirmasi. (byu)

Sumber: