Janji Sandi, Genjot Potensi Laut Kaltara
TARAKAN–Kampanye calon wakil presiden Sandiaga Uno berlanjut ke Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Salah satu lokasi yang dikunjungi Sandi kemarin adalah tempat penjualan udang dan kepiting di Pantai Karang Anyar, Tarakan Barat. Di sana, Sandi melihat sejumlah potensi hasil laut yang belum digarap maksimal untuk menyejahterakan nelayan. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kalimantan Utara Nurhasan menyatakan, ada beberapa kendala. Salah satunya adalah harga yang tidak menentu. Hal itulah yang berpengaruh terhadap penghasilan para nelayan. Belum lagi isu soal penyakit dan ketatnya kualitas untuk ekspor. ”Kami berharap adanya perhatian yang lebih besar dari pemerintah. Baik kebijakan maupun pendampingan,” tutur Nurhasan. Munir, pembudi daya kepiting, menyatakan bahwa ada beberapa kebijakan yang membuat gerak pengusaha kepiting terbatas. Mayoritas hasil budi daya tersebut diekspor ke Tiongkok. Namun, permintaan hanya ramai pada saat tertentu. Dalam arti, para nelayan hanya menikmati masa ekspor pada 5 Desember hingga 15 Januari. ”Pembatasan ekspor untuk kepiting betina yang sedang bertelur itu kalau tangkapan alam, Pak, memang nggak apa-apa. Tapi, ini kan budi daya. Malah kalau dibiarkan, kepiting ini bisa menjadi hama. Merusak tambak ikan dan udang. Harga pun turun dari 200 ribu rupiah per kilogram menjadi hanya Rp 40 ribu per kilogram,” ucap Munir. Sandi menilai dengan kualitas layak ekspor, seharusnya hasil budi daya para nelayan bisa dioptimalkan. Menurut calon wakil presiden nomor urut 02 itu, semua yang disampaikan para pengusaha tambak dan nelayan akan diserap dan dikaji. Namun, Sandi memastikan, jika 2019 dipercaya melayani masyarakat Indonesia, pemerintah akan hadir. Sebab, fokus Prabowo-Sandi adalah ekonomi. ”Termasuk tambak udang dan kepiting ini. Kami akan memberikan kebijakan yang solutif. Termasuk pendampingan, permodalan, dan pemasaran. Sehingga ada penyerapan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat Tarakan,” ucap Sandi. Bergeser ke Pantai Amal, Tarakan Timur, Sandi menemui sejumlah petani rumput laut. Para petani mengeluhkan harga jual komoditas yang jarang sekali menguntungkan mereka itu. ”Naik paling tinggi dua ratus rupiah, Pak. Tapi kalau turun, sampai seribu rupiah. Belum lagi alat-alat untuk budi daya rumput laut seperti tali. Jadi, harga produksi dengan harga jual kadang sangat tidak masuk,” keluh Sukirman, seorang petani. Hal lain yang membuat para pembudi daya rumput laut berjalan di tempat adalah belum adanya industri pengolahan untuk bahan baku. Padahal, bahan itu bisa menjadi produk turunan seperti kosmetik, pangan, tisu, saus, dan tekstil. Pembudi daya rumput laut di Pantai Amal selama ini hanya menjual bahan mentah ke Surabaya atau Makassar untuk diolah. Menurut Sandi, perhatian itulah yang membedakan pemerintahan sekarang dan nanti. Jika masyarakat Indonesia memutuskan untuk memilihnya bersama Prabowo Subianto sebagai presiden dan wakil presiden, dia memastikan akan berfokus pada ekonomi rakyat. ”Karena 99 persen jumlah usaha masyarakat Indonesia adalah pengusaha kecil dan menengah, termasuk pelaku budi daya rumput laut ini,” terang Sandi. (jpg)
Sumber: