Pencarian Korban Longsor Terhambat Medan Berat
JAKARTA- Upaya pencarian korban bencana longsor di Kampung Garehong, Dusun Cimapag, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat masih terus berlanjut. Data terbaru yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sekitar 20 orang masih dalam pencarian. Sekitar 15 orang lainnya ditemukan meninggal dunia dalam bencana yang terjadi Senin (31/12) sore itu. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nughroho menjelaskan, Proses evakuasi sempat terhenti akibat longsor susulan yang terjadi hingga 4 kali di lokasi pencarian. Medan yang berat ditambah cuaca yang buruk membuat belum semua lini terjamah oleh Tim SAR Gabungan. Tim SAR Gabungan belum bisa menjangkau semua lini karena kondisi tanahnya menjadi lumpur dan cukup rapuh, kata Sutopo dalam konferensi pers yang digelar di Kantor BNPB, Jakarta, Rabu (2/1). Sutopo juga sempat meralat jumlah korban bencana di Sukabumi. Jika awalnya yang dilaporkan adalah 107 jiwa, tetapi berdasarkan temuan jumlahnya berkurang menjadi 101 jiwa.Data naik turun seperti biasa karena dalam kondisi darurat. Data masih bisa berubah sesuai kondisi dilapangan, ujarnya. Dari pantauan BNPB, sambung Sutopo, kejadian longsor di Sukabumi diawali hujan deras yang mengguyur sebelum hari kejadian. Rembesan air menimbulkan keretakan di puncak bukit di Desa Sirnaresmi yang banyak ditutupi lahan persawahan. Karena kawasan perbukitan, membuat masyarakat yang tinggal dibawah tidak mengetahui adanya keretakan tersebut. Karena curah hujan yang cukup deras yang kemudian terdengar suara gemuruh sehingga material longsor menimbun rumah warga. Penyebab lonsor yang pertama hujan dengan intensitas rendah sebelum kejadian. Kemiringan lereng termasuk terjal. Material tanah yang bersifat poros artinya mudah sekali menyerap air dan sifat tanahnya gembur sehingga mudah sekali terjadi longsor, urainya. Faktor utama longsor ini adalah antropogenic. Ini dilihat dari struktur daerah yang harusnya menjadi kawasan konservasi dan kawasan lindung karena kemiringan lereng 30 persen, justru digunakan sebagai kawasan budidaya.Seharusnya kawasan yang terkena longsor seharusnya hutan kawasan konservasi bukan kawasan budidaya, tandasnya. Diketahui, terdapat 33 kecamatan di Sukabumi merupakan daerah potensi longsor dari menengah hingga tinggi. Kemudian ada sekitar 8 kecamatan yang merupakan daerah yang berpotensi terjadinya longsor yang kemudian memicu banjir bandang. Salah satunya Desa Sinaresmi, Cisolok. Kawasan ini masuk dalam kategori rawan tinggi. Artinya potensi longsor pada Januari masih akan terjadi. Untuk proses tanggap darurat di Sukabumi, Pemda setempat menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari. Terhitung sejak 31 Desember 2018 sampai 6 Januari 2019. Dalam masa tanggap darurat tersebut, difokuskan beberapa hal, yakni evakuasi pencarian dan penyelamatan korban, penanganan korban luka-luka dan penanganan pengungsi bagi yang selamat. Sementara Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjabarkan sekitar 60 persen kebencanaan hidrologis terjadi di Jawa Barat. Hal ini dibutuhkan mitigasi bencana salah satunya jika terjadi retakan di kawasan bukit dan ketinggian. Kami (Pemprov Jawa Barat-red) sedang menyiapkan master plan atau blue print ketangguhan hidup dengan bencana. Nantinya akan ada edukasi untuk masyarakat tentang kebencanaan, tandasnya. (hrm/fin/tgr)
Sumber: