TANGERANG- Tim SAR masih berjibaku mengevakuasi korban tsunami. Hingga hari ketiga, Selasa (25/12), evakuasi sudah mengarah ke daerah yang terisolir. Tepatnya di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang. Di daerah ini masih ada 6 desa yang belum terjangkau petugas pasca tsunami menghantam pesisir pantai Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang, Sabtu (22/12) malam. Petugas masih kesulitan untuk menuju ke daerah ini lantaran infrastruktur rusak. Jembatan terputus, jalan yang rusak dan tertutup pohon tumbang serta sampah serpihan material bangunan. “Daerah yang terdampak saat ini belum semuanya bisa dijangkau petugas. Khususnya di Kecamatan Sumur paling ujung dari Pandeglang. Di sini akses menjadi putus sejak pertama, karena banyak jalan dan jembatan yang rusak karena terjangan tsunami juga akibat material yang dibawa tsunami," kata Kepala Pusat Data dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (25/12). BNPB menyebut ada 6 desa di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, masih terisolir. Sutopo mengatakan di Kecamatan Sumur yang baru bisa terjangkau tim gabungan Desa Tamanjaya di dusun Paniis dan Tanjung Male. Sementara 6 desa lainnya belum terjangkau tim gabungan dan masih terisolasi serta membutuhkan bantuan. "Tim evakuasi masih melakukan pencarian, mendirikan rumah sakit lapangan di sana, menangani pengungsi. Sementara 6 desa yang belum tersentuh Desa Cigorondong, Kertajaya, Sumberjaya, Tunggajaya, Ujungjaya, Kerta Mukti," katanya. BNPB mencatat hingga kemarin sore (25/12), sebanyak 429 orang dinyatakan meninggal dunia. Angka tersebut diperkirakan kembali bertambah. Sebab, masih ada 154 orang yang hilang dan 1.485 korban yang mengalami luka-luka. Sutopo menyatakan, fokus utama penanganan dampak tsunami saat ini adalah evakuasi dan pencarian korban. Juga penanganan korban yang terluka. ”Karena masih banyak korban yang dilaporkan hilang maupun luka,” ucapnya. Korban hilang sangat mungkin terseret atau hanyut ke laut. Pihaknya menerima laporan penemuan jenazah yang diduga korban tsunami Selat Sunda di daerah Teluk Cirebon. Dengan luasnya area potensi hanyutnya korban, pencarian tidak hanya melalui jalur laut dan darat. Tetapi juga melalui jalur udara. Operasi laut dengan kapal milik TNI-AL, terang Sutopo, tidak sekadar mencari korban hilang. Tetapi juga mendistribusikan bantuan ke titik-titik yang masih terisolasi atau sulit dijangkau. Dikatakan, tim TNI AL juga melakukan penyisiran korban melalui laut. Menurut Sutopo hingga pukul 13.00 WIB sudah ada 3 jenazah yang ditemukan di laut. "Jadi operasi dalam hal ini pencarian korban baik dilakukan lewat udara, menggunakan kapal KRI dan juga jalur darat. Jalur darat masih terhambat dibutuhkan alat berat. Pada saat tsunami daerah yang ada di sepanjang pantai ini lari ke bukit oleh karena itu memerlukan bantuan bantuan permakanan dan sebagainya," ujarnya. Beredar sejumlah foto dampak kerusakan di wilayah Kecamatan Sumur. Dari foto tersebut memang terlihat bangunan porak-poranda akibat terjangan tsunami. Menurut Sutopo, belum bisa dipastikan ketinggian gelombang tsunami yang menerjang wilayah Pandeglang dan sekitarnya. Namun, ada laporan bahwa tinggi gelombang tsunami di wilayah Kecamatan Sumur mencapai 2 meter. Sedangkan gelombang tsunami di daerah Tanjung Lesung dilaporkan mencapai 5 meter. Sutopo mengatakan, peristiwa di Selat Sunda itu berstatus bencana kabupaten. Dia memastikan bahwa pemerintah kabupaten sanggup menangani bencana tersebut. ”Tidak ada wacana bencana nasional,” ujarnya. Saat ini ada tawaran bantuan dari Australia untuk penanganan bencana tsunami Selat Sunda. Namun, pemerintah Indonesia belum membuka keran untuk bantuan internasional. Sutopo menjelaskan, sampai kemarin Presiden Joko Widodo belum mengeluarkan instruksi untuk menerima bantuan dari luar negeri. Menurut Sutopo, banyaknya korban tsunami di Selat Sunda dipicu beberapa faktor. Antara lain, pada saat kejadian, daerah Pandeglang dan sekitarnya sedang ramai warga yang berwisata. Sebab, saat itu bertepatan dengan libur panjang (long weekend) menyambut Natal. Penginapan atau hotel di lokasi wisata pantai Pandeglang penuh. ”Kemudian, terjadi terjangan tsunami. Tidak ada peringatan dini,” ucap Sutopo. Sebab, sampai saat ini Indonesia memang belum memiliki sistem peringatan dini untuk tsunami yang dibangkitkan longsoran bawah laut atau erupsi gunung api. Lain ceritanya jika tsunami dibangkitkan gempa bumi. Saat ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memiliki sistem peringatan dini tsunami (tsunami early warning system). Dengan alat tersebut, tidak sampai lima menit setelah gempa, BMKG bisa mengumumkan apakah ada potensi tsunami atau tidak. ”Tetapi, yang terjadi di Selat Sunda, tidak ada peringatan,” tegasnya. Tidak ada yang mengira bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau pada Sabtu (22/12) mengakibatkan longsor bawah laut dan memicu tsunami. Menurut Sutopo, letusan atau erupsi Gunung Anak Krakatau pada 22 Desember bukan letusan terbesar. Dia menjelaskan, ada beberapa kali erupsi yang lebih besar pada periode Oktober–November. Sutopo menerangkan, tsunami di Selat Sunda terbilang langka. Kejadian itu sekaligus menjadi tantangan bagi pemerintah untuk mengembangkan sistem peringatan dini tsunami yang dibangkitkan longsor bawah laut dan erupsi gunung berapi. Apalagi, di Indonesia saat ini ada 127 gunung aktif. Dalam catatan sejarah Indonesia, sebanyak 90 persen tsunami dibangkitkan gempa bumi. Sisanya dipicu longsoran bawah laut dan erupsi gunung berapi. Sutopo juga menjelaskan status Gunung Anak Krakatau. Sebab, sejak pagi kemarin beredar kabar bahwa level Gunung Anak Krakatau naik menjadi siaga. ”Jangan percaya informasi bahwa status Gunung Anak Krakatau naik jadi siaga. Tetap berstatus waspada,” tegasnya. Gunung Anak Krakatau, ujar Sutopo, terus mengeluarkan erupsi sejak Juni lalu hingga saat ini. Erupsi Anak Krakatau bertipe stromboli atau strombolian. Letusannya mengeluarkan lava cair yang tipis, tekanan gas yang sedang, dan material padat, gas, serta cairan.(jpg)
Evakuasi di Daerah Terisolir, Banyak Jenazah di Laut
Rabu 26-12-2018,05:12 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :