SERANG - Terjadinya tsunami di Selat Sunda yang menerjang Banten dan Lampung, Sabtu (22/12), dipenuhi dengan cerita yang penuh duka. Bagaimana tidak, sebagian korban dari tsunami tersebut merupakan wisatawan yang berniat untuk mengisi liburan, namun nahasnya cobaan yang didapatkan. Cerita ini juga terjadi pada keluarga Muhamad Nurjaya, warga asal Kelurahan Jurumudi, Kecamatan Benda, Kota Tangerang yang sedang berlibur di Villa Aviredita, Desa Bulakan, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang. Keluarga yang berjumlah 70 orang tersebut harus bisa bertahan menahan kerasnya hantaman air laut yang begitu kencang. Saking kencangnya, semua kendaraan baik kendaraan roda dua maupun empat terpental dan mengalami rusak parah. Sayangnya, nyawa dua dari 70 orang tersebut tak bisa tertolong. Keduanya terbawa arus, bahkan satu dari dua yang meninggal baru bisa ditemukan di keesokan harinya. Kepergian dua orang keluarga Nurjaya membawa duka yang cukup mendalam, padahal niat berlibur tersebut sudah diatur sekian lama. Wartawan Tangerang Ekspres berkesempatan wawancara dengan Nurjaya Selasa (25/12). Dia menceritakan saat tsunami tiba, dirinya bersama keluarga besar akan melakukan arisan di villa tersebut. Rangkaian acarapun telah dipersiapkan dengan mengawali pengajian bersama anak-anaknya. "Kita adakan doa, apalagi ada pimpinan dari MUI Karawaci, Kota Tangerang, jadi anak-anak dites ngaji juga," katanya. Pada saat bersamaan, air laut dengan cepat menghampirinya, beruntung sebagian besar keluarga Nurjaya berada di dalam gedung, hingga air mulai surut keluarga langsung berlari ke dataran tinggi. "Pas lihat refleks langsung keluar, tapi begitu berdiri, langsung kena ombak, yang berada di gedung selamat, saya juga karena pegangan tiang, kalau tidak terbawa arus, jadi semua berpegangan," ujarnya. Namun ternyata tidak semua keluarganya berada di dalam gedung berpegangan. Sehingga dua orang tersebut terpental dan terbawa arus. "Yang satu terpental tidak terlalu jauh, mungkin karena sudah banyak minum air laut jadi sudah gak kuat, kalau yang satu lagi kita langsung ketemu, setelah pencarian keesokannya baru ketemu dalam keadaan sudah meninggal," katanya. Menurut Nurjaya, puluhan keluarga lainnya juga mengalami luka-luka baik ringan hingga parah, sehingga harus mendapatkan perawatan yang intensif. "Ada lima orang yang parah bahkan ada yang patah juga, tapi dari lima itu empat orang dibawa langsung ke Rumah Sakit Sari Asih Tangerang, sebelumnya memang dirawat di Puskesmas Cinangka tapi memang harus mendapatkan perawatan yang serius," tuturnya. Dia juga bersyukur masih bisa bertahan hidup, dan mendapatkan bantuan dari para relawan dan Pemkab Serang. "Terima kasih semuanya, atas bantuan dan doanya," katanya. Sementara itu, wartawan Tangerang Ekspres juga berkesempatan mendatangi ratusan warga asal Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, yang mengungsi di mes Pemkab Serang. Kepala Desa Pasauran, Agus Japar mengatakan bahwa dari 325 keluarga, ada sekitar 40 persen warganya yang mengungsi karena rumahnya berdekatan dengan bibir pantai, beruntung tidak ada korban jiwa yang menimpa warganya. "60 persennya masih mengisi rumahnya, yang rusak itu tempat dagangannya jadi mereka gak bisa mencari uang untuk sementara ini dan memilih tinggal di sini karena khawatir ada tsunami susulan," katanya. Dia mengaku, belum mengetahui batas pengungsiannya, pihaknya akan terus menunggu imbauan dari Pemkab Serang sampai dengan benar-benar aman. "Waktunya kita tidak tahu, kalau memang kata pemerintah atau pihak terkait menyatakan aman maka semuanya akan balik lagi," paparnya. (mg-03/tnt)
Liburan Berakhir Duka
Rabu 26-12-2018,05:00 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :