JAMBE – Tanaman bambu bagi kebanyakan masyarakat belum banyak bisa dimanfaatkan. Pemanfaatan bambu paling banyak dibuat jadi tembok rumah atau penyangga genteng rumah, terutama rumah tradisional masyarakat pedesaan. Selebihnya bambu sebatas dipakai untuk membuat pagar rumah, perkebunan dan kayu bakar. Padahal tanaman ini, terutama bambu tutul dengan berbagai varian warna dimiliki bisa diolah menjadi aneka kerajinan bernilai ekonomi dalam berbagai bentuk. Agus Hasanudin, Ketua Komunitas UKM Kabupaten Tangerang memaparkan, masyarakat Kabupaten memanfaatkan bambu untuk kemudian disulap menjadi aneka kerajinan dengan berbagai varian seni bernilai ekonomi tinggi. Bahkan produk tersebut banyak diminati wisatawan, terutama wisatawan luar negeri, karena murni terbuat dari bahan alami. Salah satunya dijadikan topi bambu. Meski topi bambu bukanlah produk primer, dan tidak setiap orang membutuhkan topi. Pengrajin di Kabupaten Tangerang terus diberikan pembinaan. Tujuannya, para pengrajin harus terus melakukan inovasi, dengan menghadirkan produk baru yang masih terbuat dari bambu. Menurut dia, masa kejayaan perajin mulai pudar sejalan dengan penghapusan pengunaan topi bambu oleh Gerakan Pramuka Indonesia memakai topi dari bahan kain. “Ketika anggota Pramuka di Indonesia mengunakan topi bambu, maka pesanan terus mengalir dari berbagai daerah,” katanya. Namun kondisi tersebut telah berubah 180 derajat karena perajin topi bambu mengalami kendala pemasaran, mereka kebanyakkan mengganggur karena produk tidak laku. Untuk itu, Komunitas Topi Bambu terus mendorong agar pengrajin topi bambu terus bertahan. Tak hanya memproduksi topi Pramuka, Komunitas Topi Bambu kini terus berinovasi. “Komunitas Topi Bambu terus memberikan pelatihan kepada pengrajin di Kabupaten Tangerang. Sehingga produk berbahan bambu ini banyak diburu wisatawan, terutama luar negeri. (mas)
Berdayakan Ekonomi Masyarakat dengan Topi Bambu
Jumat 30-11-2018,06:05 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :