Jakarta -- Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Parjuni menuturkan impor jagung oleh pemerintah untuk pakan ternak sebanyak 100 ribu ton hanya obat penawar sementara. Menurut dia, jumlah jagung impor tersebut cuma dapat menutupi kebutuhan peternak kecil dalam satu bulan. "Yang kami khawatir, apa setelah ini ada lagi impor? Kalau tidak ada lagi, sama saja. Ini berarti, harga naik lagi," ujarnya seperti dilansir CNNIndonesia.com, Senin (5/11). Sebab, ia melanjutkan, produksi dari musim panen raya November tidak akan mencukupi kebutuhan jagung para peternak. Padahal, musim panen yang akan datang berikutnya baru terjadi pada Februari. "Maret, April, dan Mei nanti perlu lagi (impor) karena posisi saat itu puncak produksi unggas, sehingga saat itu diperlukan impor lagi," terang Parjuni. Berdasarkan pengamatan Pinsar, harga jagung untuk pakan ternak saat ini sudah tembus Rp5.000 per kilogram (kg). Harga itu jauh dibanding acuan Kementerian Perdagangan dengan kadar air 15 persen, yakni Rp3.150 per kg. "Jadi, kalau harganya tidak turun, percuma impor tapi hanya suaranya. Yang kami minta nanti realisasinya segera," imbuhnya. Pengamat Pertanian Dwi Andreas Santoso pesimis impor jagung 100 ribu ton dapat memengaruhi harga dan ketersediaan pasokan di pasar. Toh, harga jagung sudah melonjak tinggi yang berarti pasokannya di pasar sangat langka. "Ada kelangkaan jagung yang cukup serius, sehingga impor 100 ribu ton kemungkinan besar tidak akan ada efeknya," tutur dia. Selain itu, sambung dia, keputusan impor oleh pemerintah sangat terlambat, mengingat peternak kecil sudah berteriak kekurangan pasokan jagung sejak pertengahan tahun ini. "Bisa dibayangkan betapa besar kerugian yang dialami peternak," ungkapnya. Hal senada disampaikan Pengamat Pertanian dan Direktur Pusat Penelitian Sustainable Food Studies Universitas Padjajaran Ronnie S Natawijaya. Bahkan, kalau pun impor 100 ribu ton jagung berpengaruh, maka sifatnya hanya sesaat. "Mungkin pengaruh hanya sesaat pada waktu stok impor tersebut masuk pasar. Itu pun kalau turunnya terkonsentrasi di satu titik," jelasnya. Maklum, ia menambahkan impor jagung cuma 100 ribu ton yang disinyalir berasal dari perhitungan sederhana jumlah kebutuhan dikurangi jumlah produksi. Seharusnya, kebutuhan impor dihitung berdasar reaksi supply (pasokan) petani, pelaku pasar, serta kebutuhan industri ternak. "Dugaan saya butuh lebih banyak dari 100 ribu ton untuk bisa dorong harga ke level Rp4 ribu per kg," ujarnya. Peneliti Indef Rusli Abdullah menyebutkan impor jagung mampu menekan harga, namun sifatnya hanya sementara atau sampai akhir tahun. "Kalau melihat hukum permintaan dan penawaran, minimal impor bisa menurunkan harga," tutur dia. Sekadar informasi, Kementerian Pertanian merekomendasikan impor jagung untuk pakan ternak dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang digelar akhir pekan lalu. Padahal, pemerintah membatasi impor sejak 2016 lalu. Rakortas itu dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dan Menteri BUMN Rini Soemarno, termasuk Kepala Bulog Budi Waseso.(ulf/bir/cnn)
Impor Jagung 100 Ribu Ton Cuma untuk 1 Bulan
Selasa 06-11-2018,04:29 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :