Rebutan bahan baku gula menjadi kendala tersendiri bagi pabrik-pabrik yang tengah beroperasi di Jawa Timur. Terbatasnya bahan baku dengan rendemen mumpuni mengakibatkan pabrik gula berkompetisi mendapatkan pasokan yang sesuai kebutuhan mereka.
Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI Moh. Cholidi menyatakan, selama ini harga bahan baku yang ditawarkan tidak wajar. ”Jika harga bahan baku tinggi, biaya produksi gula juga akan tinggi. Padahal, pemerintah sudah mematok HET (harga eceran tertinggi) gula mencapai Rp 12.500 per kilogram agar bisa terjangkau di semua kalangan,” terangnya setelah Rakor Menjelang Musim Giling 2017 di Surabaya kemarin (2/5).
Selama ini HPP (harga pokok produksi) petani tebu bisa mencapai Rp 8.700 per kilogram. Sementara itu, harga lelang mencapai Rp 9.500 hingga Rp 11 ribu. ”Jadi, semua PG akhirnya sepakat menerapkan standardisasi kualitas dan tingkat kematangan tebu yang akan digiling. Akan ada lembaga independen untuk menilai rendemen gula, yakni P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia),” jelasnya. Penerapan standar dan kualitas pun merujuk pada Peraturan Daerah (Perda) Jatim Nomor 17 Tahun 2012 tentang Rendemen dan Hablur Tanaman Tebu.
Hal itu telah disepakati direktur utama enam perusahaan gula di Jawa Timur mulai kemarin (2/5). Dengan begitu, petani seharusnya tidak bermain di harga untuk meningkatkan pendapatan, tapi rendemen atau kadar gula dalam tebu. Sebab, sudah ada skema bagi hasil antara petani tebu dan pabrik gula. Semakin tinggi rendemen tebu, kian tinggi bagi hasil yang diterima petani. Patokan minimal rendemen tebu yang akan diterima mencapai 7 persen.
Jika masih di bawah standar, pabrik gula bisa meminta petani memaksimalkan kualitas tebu terlebih dahulu. Kepala Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi Jawa Timur Samsul Arifin menyatakan, selama ini petani tebu menebang pohonnya terlalu dini tanpa memperhatikan kualitas. ”Mereka asal tebang, lalu dikirim ke pabrik ketika masih kotor. Akibatnya, produksi kecil dan rendemennya minim,” ujarnya.
Saat suatu kebun bisa menghasilkan rendemen cukup tinggi, itu dapat dijadikan rujukan bagi petani tebu maupun pabrik gula. Adanya kesepakatan tersebut diharapkan bisa meningkatkan rendemen gula pada angka 8 persen. Pada tahun lalu, rendemen gula hanya mencapai 6,3 hingga 6,5 persen. PTPN XI pun tahun ini menargetkan menggiling tebu 5.490.006 ton. Gula yang diproduksi mencapai 432.327,7 ton. Sementara itu, pada tahun lalu, total tebu yang digiling mencapai 5.106.563 ton dengan produksi gula 319.913,4 ton. (vir/c24/sof)