9Th DSC, Laga Pemula dan Veteran

Kamis 02-08-2018,04:21 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

SERPONG-Dedikasi Candra Wijaya terhadap bulutangkis Indonesia, tidak perlu diragukan lagi. Setelah sejak 2009 sukses menggelar kejuaraan bulu tangkis khusus ganda, tahun ini dia kembali menyelenggarakan turnamen bertajuk 9th Yonex-Sunrise Doubles Special Championships 2018. Kejuaraan itu, dibuka Wakil Walikota Tangsel Benyamin Davnie, (1/8). Kejuaraan ini, akan ini berlangsung pada 1-4 Agustus 2018 di Hall Candra Wijaya International Badminton Centre (CWIBC), Jalan Jelupang Raya No. 15, Serpong. Kejuaraan khusus ganda ini masing-masing mempertandingkan nomor ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran untuk kelompok umur pemula (U-15), remaja (U-17), dan taruna (U-19). Juga digelar kategori ganda putra kelompok veteran (U+85) dan kelompok intern. Selain memperebutkan piala yang didesain unik, menarik, dan berkelas, kejuaraan ini juga memperebutkan total hadiah Rp150 juta. “Saya menggelar ajang ini dengan tujuan untuk makin mempopulerkan nomor ganda. Selain itu juga untuk membantu PP PBSI dengan melakukan pembinaan. Lewat kejuaraan ini, saya memberikan kesempatan kepada bibit-bibit pemain ganda berbakat untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan, serta menambah jam terbang pengalaman,” tutur Candra, ketua penyelenggara kejuaraan. Ajang khusus ganda ini pertama kali diselenggarakan tahun 2009 dan berlangsung setiap tahun hingga kini. Cuma, pada tahun 2016 ajang ini sempat tidak bisa diselenggarakan karena kesulitan mencari arena pertandingan yang representatif setelah GOR Asia-Afrika, Senayan, Jakarta, tengah direnovasi untuk persiapan Asian Games XVIII/2018, sementara Hall CWIBC juga tengah dibangun. “Sejarah telah membuktikan bahwa ganda adalah permainan yang aktraktif dan menarik, sehingga banyak diminati dan dinikmati pecintanya. Terbukti pula dari dulu hingga kini Indonesia memiliki ganda-ganda andal dan melegenda. Tak hanya di ganda putra, tetapi juga di ganda putri dan ganda campuran. Belakangan ini, sektor ganda terus menjadi penyelamat muka Indonesia di berbagai kejuaraan internasional, termasuk di All England, Kejuaraan Dunia, Asian Games, bahkan di Olimpiade,” tambah Candra, peraih emas Olimpiade Sydney 2000 bareng Tony Gunawan ini. Pada awal penyelenggaraan, ajang ini semula bertajuk “Yonex-Sunrise Men’s Doubles Championships” karena hanya khusus mempertandingkan nomor ganda putra. Baru mulai tahun 2015 kejuaraan telah berganti kulit menjadi “Yonex-Sunrise Doubles Special Championships” yang tidak saja mempertandingkan nomor ganda putra, melainkan juga ditambah dengan ganda putri dan ganda campuran. “Tahun 2015 saya membuat perubahan dengan juga mempertandingkan nomor ganda putri dan ganda campuran karena ingin sektor ganda Indonesia terus berjaya. Apalagi, belakangan ini sektor ganda putri dan ganda campuran juga sering mengharumkan nama Indonesia dengan prestasi yang diraihnya,” tutur Candra. Dominasi sektor ganda Indonesia memang begitu kuat. Dari tujuh medali emas yang direbut pebulutangkis Indonesia di pentas Olimpiade, empat emas di antaranya dipersembahkan pemain-pemain ganda. Dimulai pasangan ganda putra Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky di Olimpiade Atlanta 1996, Candra Wijaya/Tony Gunawan di Olimpiade Sydney 2000, lalu Markis Kido/Hendra Setiawan di Olimpiade Beijing 2008, dan pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Pada tataran Kejuaraan Dunia, prestasi sektor ganda Indonesia juga mengilap. Di putra, terdapat Tjun Tjun/Johan Wahyudi yang juara 1977 di Malmoe. Berikutnya, Christian Hadinata/Ade Chandra (Jakarta/1980), Ricky Soebagdja/Gunawan (Birmingham/1993), Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky (Lausanne/1995), Candra Wijaya/Sigit Budiarto (Glasgow/1997), Tony Gunawan/Halim Haryanto (Sevilla/2001), Markis Kido/Hendra Setiawan (Kuala Lumpur), hingga Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (Guangzhou/2013 dan Jakarta/2015). Untuk ganda putri, prestasi pasangan Merah-Putih juga berkibar. Retno Kustiyah/Minarni Sudaryanto merebut gelar juara All England 1968. Berikutnya, Verawaty Fadjrin/Imelda Wigoena juga memenangi gelar turnamen tertua dan paling prestisius ini pada tahun 1979. Berikutnya, Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari pun berhasil menyabet emas pada Asian Games Incheon 2014. Sementara, Wakil Walikota Pak Ben mengatakan sangat mendukung kegiatan ini. Kegiatan itu, menjadi salah satu ajang menjaring bibit-bibit atlet bulutangkis. "saya sangat bangga jika nantinya, dari turnamen ini muncul atlet-atlet yang dapat berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional," katanya. Di kesempatan ini, Pak Ben menyampaikan beberapa pesan. Pertama, kepada para peserta agar senantiasa menjunjung tinggi semangat sportivitas. Semangat sprotivitas dicerminkan dengan upaya meraih prestasi terbaik dengan tetap menghormati lawan. "Kedua, kepada yang nanti berhasil meraih prestasi terbaik, saya sampaikan ucapan selamat. Jadikan raihan ini untuk menambah motivasi," Terakhir, kata Pak Ben, kepada yang nanti tidak berhasil menjadi juara atau meraih medali. Teruslah berlatih dan jangan pernah merasa putus asa. "Jalan untuk mencapai prestasi tidak lain adalah melalui latihan, jika kita latihan dengan serius," ujarnya. (trb/esa)

Tags :
Kategori :

Terkait