Laga perempatfinal ganda putra, menyisakan kekecewaan bagi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (Kevin/Marcus). Meski menang melawan ganda Denmark Denmark Mads Conrad-Petersen/Mads Pieler Kolding, namun wasit dinilai tidak adil. Dalam laga yang berlangsung Jumat (6/7) kemarin, Kavin/Marcus menang 20-22, 22-20 dan 21-18. "Set pertama kami unggul 20-19, tapi kami kehilangan game (point) karena service. Kami menerima keputusan tersebut. Di set kedua, kami sudah ketinggalan tapi terus berusaha juga untuk membalikkan keadaan sampai akhirnya bisa (menang)," kata Kevin usai pertandingan kepada para awak media dalam konferensi pers, seperti dikutip CNN. "Set ketiga kami sudah unggul jauh, tapi ada kejadian itu ya. Lucu sih, dari awal memang wasitnya seperti rasis gitu lho. Sinyo (Marcus) tidak banting raket, dibilang banting raket," ucapnya menambahkan. Kevin mengatakan ia fokus poin demi poin saat ketinggalan jauh pada gim kedua. Bila pada akhirnya mereka kalah dari Denmark, Kevin mengaku bakal menerima kekalahan tersebut, tentunya dengan proses yang adil. "Mendatang kami harus siap lawan siapapun. Siap mental dan segalanya agar bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia," ujar Kevin. Senada dengan Kevin, Marcus juga menilai wasit tidak berlaku adil. Ia juga keberatan lantaran seluruh wasit yang bertindak dalam pertandingan ini adalah wasit asing. "Yang main (Denmark) itu bule, masa wasitnya bule? Service judge-nya bule, padahal mainnya di Indonesia? Kalau main di Denmark, mungkin semua wasitnya bule semua karena mainnya di sana," ujar Marcus. "Ini di Indonesia, masukkan kek satu wasit Asia. Lalu referee-nya marahin kami karena mainnya tidak baik. Dan wasitnya ingin kasih kami kartu hitam, lha? Masa mau memberikan kami kartu hitam ketika kami sudah menang?" katanya melanjutkan. Marcus menilai Conrad-Petersen/Kolding yang lebih pantas mendapat kartu hitam. Ia pun tidak tahu alasan wasit ingin memberikan kartu hitam pada Kevin/Marcus. "BWF saja yang tidak kompeten karena yang kerja di sana sudah tua-tua juga. Tidak masuk akal juga lah masa kartu hitam? Memang kami bunuh orang? Kan tidak, ya sudah," ucap Marcus. Kevin beberapa kali perang kata dengan ganda Denmark tersebut. Lebih lanjut, Marcus juga berkomentar tentang wasit yang sering memberikan pelanggaran kepada Indonesia karena dianggap salah servis. Menurut dia, hal itu tidak masuk akal. "Saya tinggi 168 sentimeter, dia (Conrad-Petersen) hampir 2 meter. Perbedaan tinggi saja sudah besar, bagaimana saya bisa foul tapi dia tidak? Kan aneh. Kalau ada alatnya (pengukur servis), masuk akal. Saya saja kecil begini. Masa raket dia bisa lebih rendah dari saya? Mungkin tidak? Buktinya mana foul?" ungkapnya. Selain itu, Marcus juga menilai wasit berlaku tidak sopan usai pertandingan. Ia mengaku diteriaki wasit yang ia tidak sebutkan namanya. "Kalau bicaranya baik-baik atau polite (sopan) begitu tidak apa-apa. Ini kan rumah kami, masa begitu?" tutur Marcus. Marcus ingin agar wasit yang memimpin pertandingan diseleksi terlebih dahulu dengan lebih baik. "Wasit harus diseleksi, mereka kan dibayar. Kalau gratisan ya memang tidak apa-apa seperti relawan begitu. Kalau dibayar ya tidak bisa lah, kan harus ada tingkatannya." "Ini tidak jelas, tau-tau ada jadi referee seperti itu. Ya pasti kami sudah mengajukan protes dari PBSI," ungkap Marcus. Di babak semifinal, Kevin/Marcus akan berhadapan dengan rekan ganda Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang sukses mengalahkan pasangan Tiongkok, Zhang Nan/Liu Cheng (Tiongkok). Di sektor ganda campuran, satu tiket final dipastikan dalam genggaman Indonesia. Di semifinal, akan terjadi duel ganda campuran sesama Indonesia. Ini setelah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di babak perempat final mengalahkan Zhang Nan/Li Yinhui (Tiongkok), dengan skor 21-17, 21-14. Seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, Tontowi/Liliyana begitu menguasai jalannya pertandingan. Dalam tiga pertemuan sebelumnya, Tontowi/Liliyana tak pernah terkalahkan oleh Zhang/Li. Di game kedua, Tontowi/Liliyana yang sempat tertinggal 9-12, tiba-tiba mengambil alih permainan dan merebut 10 poin berturut-turut dan seolah mengunci perolehan angka lawan. Tak banyak kesulitan, Tontowi/Liliyana akhirnya menang 21-14. "Penampilan kami lebih baik dari kemarin, dari awal sudah in. Zhan seperti sudah bingung mau main seperti apa. Di game kedua kami memimpin, tapi mereka mengubah permainan dan kami terpengaruh. Waktu interval permainan, kami ubah strategi dan bisa mengejar, kami sudah tidak mengikuti pola main mereka," beber Liliyana. Di babak semifinal, Tontowi/Liliyana akan bertemu dengan pemenang duel sesama pasangan Indonesia, Ricky Karanda Suwardi/Debby Susanto dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja. "Tentunya kami merasa diuntungkan karena sudah pasti satu wakil Indonesia masuk final, mau siapa pun itu. Ketemu teman sendiri itu sulit, mereka pasti mau ngalahin senior, kami juga nggak mau kalah sama junior, kami harus siap dan fight," ujar Liliyana. "Kami sudah sama-sama tahu kelemahan dan kelebihan masing-masing, yang pasti sih wakil Indonesia yang sudah pasti masuk final," kata Tontowi. Sementara itu, Zhang/Li mengaku kehilangan konsentrasi saat memimpin 12-9 dan jadi tertinggal 12-19 dari Tontowi/Liliyana. "Waktu tersusul itu kami memang merasa sudah kehilangan fokus," kata Li. "Kami sudah beberapa kali bertemu dan kami tahu memang sulit mengalahkan Tontowi/Liliyana. Sekarang saya ingin fokus di ganda putra dan ingin habis-habisan di ganda putra," tutur Zhang yang di ganda putra berpasangan dengan Liu Cheng dan akan berhadapan dengan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. (pbsi)
Kekecewaan Kevin/Marcus Usai Kalahkan Pasangan Denmark
Sabtu 07-07-2018,04:20 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :