KIAI DAN SANTRI BENTENG TERAKHIR NKRI

Senin 23-10-2017,08:32 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

TANGERANG--Santri punya andil besar dalam memerdekakan Indonesia. Kini, peran serupa diharapkan negara. Bukan melawan penjajah tentunya. Melainkan menjadi benteng negara dan menghadang efek buruk perkembangan teknologi informasi. “Santri itu gambaran wajah Indonesia, santri harus kuat, santri harus hebat, sehingga menghasilkan negara yang kuat,” kata Wakil Walikota Tangerang Sachrudin di acara apel dan istigasah memperingati Hari Santri Nasional di Plaza Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Minggu (22/10).  Sachrudin mengpresiasi para santri yang ada di Kota Tangerang. Baginya, respons dari para santri sangat luar biasa. Eksistensi dan keberadaan santri juga patut diperhitungkan agar bisa menjadi generasi yang tangguh menangkal efek buruk teknologi informasi. "Santri memiliki peranan yang sangat penting, kalau kita lihat banyak tokoh-tokoh yang lahir dari kalangan santri. Tidak hanya lokal tapi banyak juga tokoh nasional,” ujarnya. Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Tangerang, KH Syihabbuddin mengatakan, Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang sangat mengapresiasi kehadiran santri. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya nama jalan yang menggunakan nama dari sejumlah ulama yang juga merupakan santri. "Contoh ada beberapa nama yang diabadikan menjadi nama jalan di Kota Tangerang seperti Ki Samaun, H Dimyati dan KH Hasyim Ashari," ungkapnya. Peringatan Hari Santri Nasional ke-3 juga digelar di Alun-alun Kecamatan Malingping. Di sana, ribuan santri dari 28 kecamatan di Kabupaten Lebak berkumpul. Para santri berkomitmen menjadi benteng Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan proaktif mendukung program pembangunan di Indonesia. Tiga tahun lalu, pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla menetapkan 22 Oktober 2017 sebagai Hari Santri Nasional. Kebijakan tersebut diambil Jokowi, mengingat besarnya kontribusi para ulama dan santri dalam perjuangan kemerdekaan RI. Tidak hanya itu, para santri juga ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan NKRI. Mereka ikut menumpas pemberontakan PKI dan DI/TII (Darul Islam/Tentara Nasional Indonesia) pimpinan Kartosuwiryo yang berniat mendirikan negara Islam di nusantara. Di era modern, para pemimpin bangsa lahir dari kalangan santri. Banyak sekali intelektual muslim, birokrat, politisi, akademisi, dan bahkan pengusaha, yang menimba ilmu di pondok pesantren. Mereka telah berpartisipasi aktif mengisi kemerdekaan. Anggota DPR RI Tubagus Ace Hasan Syadzily menyatakan, peran santri atau organisasi massa Nahdlatul Ulama (NU) dalam mengawal NKRI cukup besar. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, para santri dan organisasi NU ikut berjuang mengorbankan harta dan nyawa demi kemerdekaan negeri ini. Oleh karena itu, jika ada yang merongrong kedaulatan NKRI, maka santri akan menjadi garda terdepan untuk mengadangnya. “Santri telah memberikan kontribusi besar dalam sejarah NKRI,” kata Ace ketika menjadi pembicara pada peringatan Hari Santri di Kecamatan Malingping, kemarin. Santri wajib mempertahankan kemerdekaan Indenesia dan diminta jangan mudah dipecah belah. Hal ini diungkapkan Kapolda Banten Brigjen Listyo Sigit Prabowo di Ponpes Al-Fathoniyah, Kota Serang, Sabtu (21/10). Kapolda hadir di tengah-tengah santri yang mengadakan tasyakuran memperingati Hari Santri di ponpes tersebut. Pria yang akrab disapa Sigit ini mengatakan, tasyakuran memperingati hari santri yang ke-3 ini adalah peristiwa yang sangat berharga. “Yang merebut dan mempertahankan kemerdekaan kebanyakan dari para kiai dan santri,” ujarnya. Dari Jakarta dilaporkan, pemerintah berharap santri bisa memperteguh tekad ikut bertanggung jawab atas nasib bangsa. ”Santri memegang peran penting dalam memastikan Indonesia tetap menjadi bangsa yang memegang teguh agama,” kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. ”Tentunya agama yang menyebarkan kedamaian dan kerukunan bagi sesama, agama yang betul-betul menyejahterakan kita semua,’’ lanjutnya. Itulah alasan utama pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai hari santri. Tentunya, tanggung jawab santri pada masa terdahulu berbeda dengan sekarang. Saat ini, santri dihadapkan pada tanggung jawab menjaga generasi bangsa dari pengaruh buruk teknologi. Lukman menuturkan, saat ini, suka tidak suka, masyarakat sudah menjadi umat digital. “Karenanya, santri juga dituntut kemampuannya untuk mampu berinteraksi dengan baik dengan dunia digital,” lanjut putra mantan Menag Saifuddin Zuhri itu. Bahkan, santri saat ini dituntut mampu berdakwah dengan baik melalui sarana digital. Sementara Ketua PBNU KH Said Aqil Siraj mengakui, ada tanggung jawab yang tidak kecil bagi santri saat ini. Khususnya, untuk mencegah penyalahgunaan teknologi. “Kami sudah mulai mengadakan pelatihan-pelatihan jurnalistik dan penggunaan internet bagi kader-kader Nahdatul Ulama,” terangnya. Para santri NU tersebut diharapkan bisa terlibat dalam perang melawan informasi-informasi hoax di dunia maya. Sekaligus, menjadi pendakwah yang baik di dunia maya dengan menyebarkan ajaran Islam yang moderat. “Membangun ummatan wasathan. Artinya Islam yang anti radikalisme dan liberalisme,” lanjutnya. Umat yang moderat itulah, menurut Said Aqil, yang dipeintahkan Allah untuk dibangun oleh Nabi Muhammad. Sebelumnya, dalam kunjungan ke Ponpes Darul Arqam di Garus Selasa (17/10) lalu, Presiden Joko Widodo juga mengingatkan soal tanggung jawab santri dan pesantren tersebut. Menurut Presiden, informasi hoax dan fitnah harus bisa disaring agar tidak berdampak pada generasi muda. “Siapa yang akan menyaring? Ya pembangunan karakter melalui santri-santri kita,” ujar Jokowi. (mg-01/jpg/bha)

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler