Berlayar Didasarkan Perhitungan, Nelayan Tahu Batas Bahaya, Meski Cuaca Buruk, Nelayan Mauk Tetap Melaut

Rabu 03-12-2025,21:32 WIB
Reporter : Zakky Adnan
Editor : Andi Suhandi

TANGERANGEKSPRES.ID, MAUK — Di saat awan tebal dan angin kencang masih menyisakan sisa-sisa badai beberapa hari terakhir, dermaga Kampung Pelelangan, Ketapang, Mauk, tetap menyajikan pemandangan yang sama, perahu-perahu kecil siap berlayar. Bukan karena tidak peduli pada peringatan cuaca, melainkan karena batas aman mereka masih terjaga.

Bagi nelayan kecil Mauk, laut adalah ladang hidup sekaligus medan pertaruhan yang peraturannya dipahami di luar kepala.

”Meskipun cuaca buruk atau hujan deras disertai angin kencang, kami tetap melaut,” ungkap Alfian Rian, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kecamatan Mauk, sambil menunjuk ke arah perahu-perahu kecil berukuran di bawah 5 GT yang berjejer.

Keputusan untuk tetap berlayar ini didasarkan pada perhitungan yang sangat cermat. Mereka tahu persis kapan batas bahaya itu tiba.

”Sekarang ketinggian gelombang air laut baru hanya sekitar satu meter,” jelas Alfian. Batas toleransi mereka sangat tipis, yaitu dua meter. Jika gelombang sudah mencapai angka tersebut, risiko akan jauh lebih besar daripada hasil yang didapat.

Dengan perahu kecil mereka, pelayaran hanya menempuh jarak dekat, sekitar 5 mil atau 8 kilometer, lazimnya menuju perairan sekitar Pulau Laki. Jarak yang relatif pendek ini, yang dapat ditempuh dengan waktu melaut dari pukul 07.00 WIB hingga kembali pukul 12.00 WIB, menjadi kunci keberanian mereka.

Namun, ada masanya di mana ketangguhan nelayan Mauk harus takluk. Alfian Rian menyebut periode yang mereka sebut Musim Angin Utara.

”Biasanya, kami tak melaut di bulan Maret, April, dan Mei. Ini adalah periode terberat di mana laut tidak lagi bersahabat,” katanya.

Di musim tersebut, ketinggian gelombang air laut menuju Pulau Laki bisa melonjak drastis, mencapai 3 hingga 5 meter saat hujan deras dan angin kencang menerpa.

Pada titik ini, bagi pemilik perahu di bawah 5 GT, berpikir dua kali pun tidak cukup, mereka memilih diam di darat, menunggu alam kembali tenang.

Di tengah gempuran ombak yang hanya semeter tingginya hari ini, semangat mencari rezeki tetap menyala. Hasil tangkapan utama mereka adalah komoditas laut yang sangat dicari: kerang hijau dan rajungan.

Bagi nelayan Mauk, berlayar bukan sekadar mencari ikan, tetapi tentang menghitung risiko, membaca tanda alam, dan mempertahankan denyut nadi ekonomi keluarga. Di batas satu meter gelombang, hidup harus terus berjalan.(zky)

Kategori :