Garam impor asal Australia sudah tiba di Indonesia sejak hari ini di pelabuhan Ciwandan, Banten. Pada Jumat (11/8) besok, giliran pelabuhan Tanjung Perak yang kedatangan garam dari negeri Kangguru.
Kedatangan garam tersebut sempat dikhawatirkan akan mengganggu produksi petani garam yang tengah meningkat, khususnya di kawasan Madura.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengaku impor garam tersebut tidak menggangu para petani garam. Sebab, kuota impor yang diberikan pemerintah sudah diperhitungkan dengan kebutuhannya.
"Kan sudah diatur dari awal. Makanya kita izinkan (impor) 75.000 ton. Kebutuhan kita 100.000 ton ya kan. Untuk bulan Agustus karena belom berproduksi, sisa produksi dari Juli cuman 6.000 ton kalo gak salah," ujarnya di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (10/8).
"Sehingga kebutuhan 100.000 dengan 75.000 itu gak tercapai seharusnya. Tapi kan sudah mulai produksi akhir Agustus. Ya jadi tidak ganggu produksi dalam negeri dan kebutuhan tetap terpenuhi," sambungnya.
Menurut dia, impor yang dilakukan pemerintah hanya sebagai stimulus dalam mendorong produksi garam dalam negeri. Selain itu, impor tersebut digunakan untuk menutup produksi yang kurang. "Itu hanya untuk mengisi kekosongan akibat produksi yg berhenti," terangnya. (cr4/JPC)