Terjadi Perubahan Tren Sektor Pariwisata, Pengunjung Memilih Tempat yang Tak Terlalu Ramai

Jumat 29-05-2020,04:14 WIB
Reporter : Redaksi Tangeks
Editor : Redaksi Tangeks

JAKARTA-Sektor pariwisata bersiap menuju era kenormalan baru. Meski belum akan diterapkan dalam waktu dekat, sejumlah protokol kegiatan mulai disusun. Sebagai panduan bagi para pelaku usaha pariwisata maupun para pelancong yang akan berlibur pascapandemi Covid-19. Agar kegiatan wisata bisa berlangsung dengan risiko minimal. Kemarin (28/5), Presiden Joko Widodo menggelar ratas virtual membahas persiapan new normal di sektor pariwisata. Presiden mengingatkan bahwa tren pariwisata dunia akan berubah pascapandemi. ’’Isu health, hygiene, serta safety, security, akan menjadi pertimbangan utama bagi wisatawan yang ingin melancong,’’ terang presiden. Para wisatawan juga akan cenderung mencari destinasi yang tidak terlalu ramai. Maka, para pelaku industri pariwisata harus bisa mengantisipasi perubahan tren tersebut. Pascapandemi harus ada inovasi agar segera bisa beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada. Isu kesehatan dan keselamatan harus dijawab dengan perbaikan besar-besaran di kedua sektor tersebut. protokol kesehatan di semua lini harus berjalan dengan baik, mulai dari transportasi, penginapan, restoran, hingga tentu saja area wisatanya. Negara-negara lain sudah mulai menyiapkan standar baru di bidang pariwisata masing-masing. Protokol itu juga harus diikuti pembiasaan kepada seluruh stakeholder pariwisata. Sebab, risikonya besar terutama bila ada imported case yang berdampak di sisi kesehatan. ’’Citra pariwisata yang buruk itu akan bisa melekat dan akan menyulitkan kita untuk memperbaikinya lagi,’’ lanjut Jokowi. Yang jelas, sasaran utama dalam promosi wisata ke depan adalah wisatawan domestik. Secara bertahap, daerah-daerah tujuan wisata yang R0-nya sudah di bawah 1 nanti bisa mulai membuka akses wisata. Tentu dengan protokol yang berbeda dari sebelumnya. ’’Mengenai waktunya kapan ini betul-betul tolong tidak usah tergesa-gesa,’’ tambah Jokowi. yang penting tahapan-tahapan yang disiapkan dilalui dan dikontrol dengan baik Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menjelaskan, sejumlah tahapan harus dilalui destinasi wisata sebelum dibuka untuk umum. Pertama adalah menetapkan SOP yang menyesuaikan dengan tatanan new normal. ’’Tahapan berikutnya adalah melakukan simulasi terhadap SOP-SOP tersebut,’’ terangnya. Setelah disimulasikan dan dievaluasi, barulah SOP tersebut disosialisasikan dan diuji coba di daerah-daerah yang dinyatakan sudah siap. ’’Kita sudah melakukan koordinasi dengan kepala daerah yang kira-kira nantinya akan siap dalam beberapa waktu ke depan,’’ lanjut Wishnutama. Tahapan-tahapan itu akan mulai dilaksanakan begitu sebuah daerah mendapatkan lampu hijau untuk membuka pariwisata. Artinya, begitu diperbolehkan membuka pariwisata, daerah juga tidak akan langsung open. Ada jeda setidaknya satu bulan untuk melaksanakan tahapan-tahapan yang ada sebelum benar-benar mulai beroperasi. Isu keselamatan dan kesehatan, tutur Wishnutama, sebenarnya sudah dicanangkan sejak sebelum pandemi. Sejak awal, dia membuat program revitalisasi kebersihan, kesehatan, dan keselamatan untuk semua sektor yang terkait dengan industri pariwisata. Bukan untuk mengantisipasi pandemi, melainkan untuk meningkatkan nilai jual pariwisata Indonesia. Mengenai promosi, pihaknya akan mengandalkan tim ekonomi kreatif. Promosi digital akan diutamakan ’’Bisa lebih spesifik target marketnya, untuk yang suka wisata alam, diving, pantai, atau lainnya,’’ tuturnya. Selain itu, pihaknya sudah berkomunikasi dengan maskapai Garuda Indonesia untuk menyiapkan paket-paket wisata dengan harga yang menarik. Termasuk juga dengan industri perhotelan. Bagaimanapun, sektor pariwisata adalah sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. Biasanya, rata-rata setiap bulannya ada sekitar 1,3-1,4 juta wisatawan asing yang datang ke Indonesia. potensi tersebut langsung menguap selama pandemi. Karena itu, harus ada persiapan matang untuk bisa memulihkan pariwisata ke depan. Di luar itu, tercatat ada 44.295 pekerja seni dan pekerja kreatif yang terdampak pandemi Covid-19. ”Selain para pekerja sektor Pariwisata yang sangat terdampak pandemi Covid19 ini, para pekerja seni dan kreatif juga terdampak. Oleh karena itu kami juga mengusulkan juga para pekerja seni dan kreatif untuk mendapatkan bantuan,” kata Wishnutama. Wishnutama menjelaskan, sebetulnya program ini dimulai sejak pertengahan April lalu. Pertama dengan lebih dulu melakukan pengumpulan dan pemutakhiran data pekerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang terdampak Covid-19. Hingga pada akhirnya didapat data 44.925 pekerja seni dan pekerja kreatif yang diusulkan ke Kementerian Sosial sebagai calon penerima bantuan sosial. Kemenparekraf secara mandiri juga akan terus menggulirkan program mandiri guna membantu pekerja pariwisata dan ekonomi kreatif terdampak COVID-19. Diantaranya program pendampingan berupa pelatihan daring sebagai upaya upskilling dan reskilling sumber daya manusia pariwisata dan ekonomi kreatif. Sehingga, mereka mendapat pengetahuan tambahan dan kompetensi dan nantinya siap kembali bekerja usai pandemi. ”Saya menekankan bahwa Kemenparekraf akan terus menjalankan program mitigasi lainnya guna mengatasi dampak Covid-19 terhadap pekerja pariwisata dan ekonomi kreatif termasuk berkoordinasi dengan kementerian atau lembaga terkait,” tambah Wishnutama. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memandang, langkah pemerintah yang akan membuka industri pariwisata di tengah new normal dan pandemi adalah kebijakan yang terlalu dipaksakan. Bhima menjelaskan, pandemi yang terjadi tentu membuat wisatawan, khususnya wisman, malah enggan untuk plesir ke negara yang masih tinggi kurva pandeminya. ‘’Dilihat dari permintaan wisman tentu belum berani berkunjung ke Indonesia. Kurva masih tinggi dan penanganan protokol kesehatan saja masih minim,’’ ujarnya kepada Jawa Pos, kemarin (28/5). Dengan kondisi itu, tentu wisatawan tak ingin menanggung risiko yang mungkin terjadi apabila melakukan kunjungan wisata. Lagi pula, Bhima melihat sektor pariwisata bukanlah menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi RI hingga tahun mendatang. Bhima mengimbau agar pemerintah lebih mengutamakan sektor industri manufaktur, jasa informasi dan komunikasi, atau pelaku UMKM yang kini banyak melakukan transaksinya melalui online. Jika pemerintah nantinya benar-benar akan membuka industry pariwisata dengan di tengah kondisi pandemi, Bhima mengimbau agar kebijakan itu diiringi dengan pemberian jaminan protokol kesehatan secara menyeluruh. ‘’Artinya juga harus bisa memastikan di lokasi pariwisata itu kurvanya harus rendah. Bantulah juga pelaku usaha pariwisata yang skalanya kecil untuk mendapat protokol kesehatan. Sebab, pasti ada pembengkakan biaya operasional bagi mereka untuk menyediakan hand sanitizer, APD dan lainnya,’’ tuturnya. Sementara terkait penerapan new normal, Kapolri Jenderal Idham Aziz membuat telegram nomor 248 tertanggal 28 Mei. Dalam telegram tersebut secara umum memerintahkan Kapolda dan Kapolres membuat skenario new normal di tiap daerah. Kabagpenum Divhumas Polri Kombespol Ahmad Ramadhan menuturkan, skenario itu ditujukan untuk melindungi pemilik usaha dan pekerja. "Agar tidak terkena Covid 19 sekaligus tetap mempertimbangkan sosial Ekonomi," jelasnya. Skenario tersebut ditujukan untuk mengatur setiap tempat keramaian, seperti pariwisata, mal, perkantoran dan sebagainya. Langkah penerapan new normal ini akan dilakukan secara humanist bersama TNI. "Tapi bagi any melawan petugas atau melanggar tetap bisa dipidana," urainya. Sementara Kabaharkam Komjen Agus Andrianto menjelaskan bahwa sesuai instruksi presiden untuk mengawasi penerapan new normal. Maka, 40 ribu personil bhabinkamtibmas dikerahkan di 4 provinsi. "Bhabinkamtibmas ini bisa menyentuh masyarakat di level paling kecil," paparnya. Dengan begitu, new normal sebagai tatanan baru akan bisa berjalan sesuai tujuannya. Terhindar dari Covid 19 sekaligus tetap produktif. "Teknisnya Bhabinkamtibmas akan mensosialisasikan penerapan protokol kesehatan di setiap kegiatan Ekonomi," jelasnya. Agus menjelaskan, Bhabinkamtibmas akan memastikan bahwa di setiap keramaian, protokol kesehatan diterapkan . Kegiatan berjalan lancar dan penyebaran covid di tempat keramaian tidak terjadi. "Semua itu bisa dicapai dengan kedisiplinan," terangnya. Dia berharapdengan kesadaran masyarakat agar bisa masuk ke new normal. Mematuhi semua protokol kesehatan sehingga dalam kondisi produktif tidak juga terpapar Covid 19. " Kesadaran masyarakat penting dalam new normal," ujarnya. (byu/lyn/dee/idr)

Tags :
Kategori :

Terkait