Dubes Indonesia untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel menyampaikan pemberlakuan pembatasan akses di Masjidilharam, Makkah. Pembatasan ini berlaku sejak Kamis (6/3) lalu. Tepatnya sesaat menjelang salat Ashar di Makkah atau malam hari waktu Indonesia. Agus mengatakan ada enam ketentuan yang diberlakukan di Masjidilharam terkait dengan upaya sterilisasi mengantisipasi penyebaran virus Corona. ’’Penutupan jalur utama tawah di sekitar Kakbah dan lajur sa’i antara Safa dan Marwah,’’ katanya kemarin (6/3). Ketentuan berikutnya adalah kegiatan salat hanya bisa dilakukan di dalam masjid. Tidak sampai di pelataran tawaf di dekat Kakbah. Seperti terlihat dalam pelaksanaan salat Jumat kemarin, imam terlihat menempati posisi di lantai dua. Pada kondisi normal, imam maupun khatib menempati lokasi di pinggir Kakbah. Tepatnya di bawah pintu Kakbah. Peraturan lainnya adalah penangguhan kegiatan ibadah umrah bagi jamaah asing maupun warga Saudi sendiri. ’’Orang yang berpakaian ikhram tidak diperkenankan masuk ke Masjidilharam di kota Makkah dan kawasan di sekitarnya,’’ kata Agus. Dia belum mengetahui kapan aturan larangan umrah ini dicabut. Selain itu pemerintah Arab Saudi melarang pelaksanaan I’tikaf atau tidur-tiduran di dalam Masjidilharam. Masjidilharam ditutup mulai selepas salat Isya hingga satu jam sebelum salat Subuh. Selama beribadah di dalam Masjidilharam, jemaah juga dilarang membawa makanan dan minuman dari luar. Kemudian tempat-tempat minum air zam-zam yang tersebar di sejumlah titik dihentikan sementara. Penutupan serupa juga dijalankan di Masjid Nabawi di Madinah. Agus menuturkan saat ini rata-rata jemaah umrah asal Indonesia sudah terkonsentrasi di Madinah. Kegiatan ibadah umrah mereka sudah selesai dikerjakan. Setelah diberlakukan penangguhan sementara perjalanan umrah ke Makkah dan ziarah ke Masjid Nabawi di Madinah, KBRI Riyadh mengeluarkan imbauan untuk WNI di sana. ’’KBRI Riyadh mengimbau seluruh WNI di Arab Saudi tidak melakukan perjalanan ke Makkah dan Madinah,’’ katanya. Selain itu WNI di Arab Saudi diperingatkan supaya hati-hati dalam menerima maupun menyebarkan informasi. Sebab jika terkena masalah penyebaran berita hoaks, hukumannya cukup besar. Yakni mencapai 3 juta riyal atau setara Rp 11,4 miliar dan penjara lima tahun. KBRI Riyadh menyampaikan bahwa upaya pemerintah Arab Saudi itu perlu dihargai. Sebab mereka bertujuan untuk membatasi penyebaran virus Corona di negara mereka. Selain itu juga mencegah adanya penyebaran Corona di kota Makkah dan Madinah. Kedua kota itu mendapatkan perhatian serius supaya terhindar dari segala ancaman wabah penyakit. Peningkatan kewaspadaan terus digaungkan oleh pemerintah. Plt Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah menghimbau, WNI yang berencana melakukan perjalanan ke luar negeri terutama Iran, Italia, dan Korea Selatan untuk meningkatkan kehati-hatian. Terutama, menyangkut kesehatan. ”Dan jangan mengunjungi daerah yang di-lock down,” ujarnya kemarin. Menurut dia, saat ini kondisi WNI di tiga negara tersebut terpantau baik. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di masing-masing negara sudah berkoordinasi dan mengirimkan bantuan untuk para WNI. ”Di Korsel, KBRI bagikan masker juga,” ungkapnya. Hal ini turut diamini oleh Susanti Mugi Lestari, 30, salah satu mahasiswi Indonesia di Daegu, Korea Selatan. Menurut dia, KBRI Seoul cukup sigap. Bantuan masker juga sudah dikirim. Selain itu, ada grup khusus yang dibuat untuk semua mahasiswa yang ada di Daegu, di 3 universitas. ”Selalu di update setiap harinya kalau misal butuh apa-apa. Untuk antisipasi juga kalau ada hal buruk terjadi,” tutur mahasiswi di Kyungpook National University, Daegu, Korea Selatan tersebut. Bagi Santi, sapaan akrabnya, kondisi ini seperti mimpi buruk. Tak pernah terbayangkan olehnya bisa terjebak dalam situasi kegawatdaruratan ini. Terlebih, di negara orang. ”Kaget banget pas awal-awal,” ujarnya. Pasalnya, di minggu-minggu awal, tak banyak kasus terjadi. Namun, kondisi tiba-tiba berubah drastis. Dalam satu hari bisa puluhan orang. ”Kan horror ya. Tapi setelah tahu alasannya kenapa, jadi wajar gitu sih kenapa jadi banyak,” jelas perempuan asli Purwokerto, Jawa Tengah tersebut. Melihat kondisi tersebut, orang tuanya sempat meminta dirinya kembali ke Tanah Air karena khawatir. Tapi Santi berhasil meyakinkan mereka bahwa kondisinya baik-baik saja. Selain itu, jadwal kuliah pun sudah dekat. Karenanya dia memutuskan tetap tinggal. ”Selain itu, prosesnya agak ribet menurutku kalau pulang. Kayak harus isolasi diri selama 2 minggu, trus jadwal kuliah yang udah ditentuin juga waktu itu,” ungkapnya. Memang, jadwal kuliah akhirnya diundur. Ada kebijakan dari kampus untuk meliburkan perkuliahan lebih lama. Dari yang harusnya masuk di tanggal 2 Maret 2020 menjadi 16 Maret 2020. Hal ini menyusul adanya kasus infeksi di wilayah kampus. Dari info yang diperolehnya, ada 16 orang terinfeksi SARS-CoV-2. Sehingga, beberapa gedung ditutup dan disterilisasi. ”Jalan-jalan di dalam kampus juga, disterilisasi sama truk army gitu,” tuturnya. Meski begitu, dia mengaku tetap safe selama di sana. Tak ada kekhawatiran berlebihan menghadapi wabah ini. Dia pun merasa untuk saat ini tak perlu ada opsi evakuasi. ”Kalo dibilang takut ya takut, cuma kalau melihat gercep (gerak cepat) nya pemerintah sini dalam menangani pasien sama pelaksanaan deteksi, trus keterbukaan informasi ke semua pihak, jadi ngerasa safe aja,” papar Alumni Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut. Sama seperti di Indonesia, di awal-awal, di Korsel sempat ada panic buying. Baik itu bahan makanan hingga masker. Namun, kondisi tersebut sudah mereda. Persediaan makanan sejauh ini masih aman. Pasar dan minimarket masih buka. Kemudian, ada kebijakan untuk mendapatkan masker di apotek dan beberapa toko khusus jumlahnya dibatasi. Setiap orang hanya boleh membeli 2 masker setiap minggu dan wajib menunjukkan kartu identitas.(jpg)
Masjidilharam Ditutup Malam Hari, Air Zam-Zam Dimatikan, Sebar Hoaks Didenda Rp 11,4 M
Sabtu 07-03-2020,04:05 WIB
Editor : Redaksi Tangeks
Kategori :